Layanan jasa titip atau jastip kini semakin populer, terutama di kalangan pengguna media sosial yang ingin mendapatkan barang dari luar kota atau luar negeri tanpa harus bepergian. Sayangnya, tren ini juga dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk melakukan penipuan.
Modus penipuan jastip umumnya bermula dari akun media sosial yang menawarkan jasa pembelian barang-barang branded atau edisi terbatas. Pelaku menyajikan foto-foto produk asli dan testimoni palsu untuk meyakinkan calon korban.
Setelah korban mentransfer uang untuk memesan barang, pelaku perlahan menghilang dan tidak memberikan kabar lebih lanjut. Komunikasi tiba-tiba terputus, dan akun jastip bisa saja dihapus atau diblokir. Dalam beberapa kasus, pelaku mengaku barang tertahan atau hilang sebagai alasan untuk menunda pengiriman.
Agar tidak terjebak penipuan jastip, pastikan untuk selalu memverifikasi identitas dan rekam jejak penyedia jasa. Cari tahu apakah akun tersebut aktif dan memiliki interaksi yang organik dengan pelanggan sebelumnya, bukan hanya testimoni yang dibuat-buat.
Pilih jastip yang sudah terpercaya dan memiliki sistem pembayaran aman, seperti melalui e-commerce atau rekening bersama (rekening escrow). Hindari transfer langsung ke rekening pribadi tanpa bukti transaksi yang jelas.
Perhatikan juga apakah pelaku terbuka mengenai detail barang, estimasi pengiriman, dan biaya tambahan. Jastip yang profesional biasanya memberikan informasi transparan dan mudah dihubungi jika ada pertanyaan atau kendala.
Jangan tergiur dengan harga yang terlalu murah atau janji ketersediaan barang langka secara instan. Modus penipuan sering kali menggunakan penawaran “terbatas” atau “promo kilat” untuk mendorong korban segera mentransfer uang.
Dengan meningkatkan kehati-hatian dan melakukan verifikasi sebelum bertransaksi, masyarakat dapat memanfaatkan layanan jastip dengan aman tanpa harus khawatir menjadi korban penipuan yang merugikan secara finansial maupun emosional.