Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Mahasiswa Jadi Target Investasi Palsu Lewat Kampus

6
×

Mahasiswa Jadi Target Investasi Palsu Lewat Kampus

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Di tengah semangat literasi keuangan dan geliat wirausaha di kalangan muda, mahasiswa menjadi salah satu kelompok yang paling aktif mencari peluang investasi. Sayangnya, kondisi ini juga dimanfaatkan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab yang menawarkan investasi palsu berkedok edukasi, dan menjadikan lingkungan kampus sebagai ladang subur untuk menyebarkan penipuan yang terselubung rapi.

Penipuan yang menyasar mahasiswa sering kali dikemas dalam bentuk yang sangat meyakinkan: seminar kewirausahaan, pelatihan finansial, kompetisi ide bisnis, atau pelatihan kepemimpinan. Acara ini tidak jarang mendapat dukungan informal dari pihak kampus, karena tampilannya terlihat seperti kegiatan edukatif yang bermanfaat. Namun di balik presentasi yang penuh motivasi dan istilah profesional, disisipkan penawaran investasi yang menjanjikan keuntungan besar dengan risiko yang nyaris tidak disebutkan.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Target utama dalam skema ini adalah mahasiswa tingkat akhir atau yang sudah memiliki penghasilan tambahan. Dengan alasan “melatih kemandirian finansial sejak muda” atau “peluang berinvestasi sejak dini”, mereka dibujuk untuk menyetorkan dana ke program investasi yang tidak jelas legalitasnya. Dana ini bisa berupa simpanan pribadi, hasil kerja part-time, bahkan dana dari pinjaman keluarga. Pelaku memanfaatkan semangat belajar, kepercayaan tinggi terhadap teman sebaya, dan minimnya pengalaman untuk menyusupkan jebakan yang terlihat sah.

Modusnya bisa bermacam-macam—mulai dari investasi di bisnis startup fiktif, skema titip dana untuk dikelola oleh “mentor finansial”, hingga program trading otomatis yang konon dikelola oleh sistem cerdas. Seluruh narasi dibentuk agar terlihat sebagai bagian dari proses belajar kewirausahaan, padahal tidak ada transparansi, tidak ada izin resmi, dan tidak ada jaminan perlindungan hukum bagi peserta.

Bahaya utama dari penipuan ini adalah efek jangka panjang terhadap kondisi keuangan dan psikologis mahasiswa. Ketika dana hilang atau tidak bisa ditarik kembali, banyak korban merasa malu, kecewa, bahkan enggan menceritakan kepada orang tua atau pihak kampus. Tidak sedikit yang akhirnya kehilangan kepercayaan terhadap sistem edukasi finansial, dan mengalami trauma ketika berhadapan dengan dunia investasi yang sebenarnya sah dan sehat.

Lebih parah lagi, ada penipuan yang melibatkan mahasiswa sebagai agen perekrut. Mereka diminta untuk mengajak teman seangkatan bergabung, dengan imbalan bonus komisi atau kenaikan status dalam sistem. Tanpa sadar, mahasiswa tersebut berubah menjadi bagian dari sistem penipuan, dan ikut menyebabkan kerugian bagi rekan-rekannya sendiri. Hubungan pertemanan bisa hancur, reputasi akademik rusak, dan rasa bersalah pun tak bisa dihindari.

Pihak kampus juga bisa terdampak, terutama jika kegiatan tersebut menggunakan nama fakultas atau organisasi mahasiswa. Meskipun tidak terlibat secara langsung, reputasi institusi pendidikan dapat tercoreng karena dianggap lalai mengawasi kegiatan eksternal yang masuk ke lingkungan akademik.

Untuk itu, penting bagi setiap mahasiswa dan lembaga pendidikan untuk mewaspadai tanda-tanda penipuan berkedok edukasi ini. Beberapa ciri yang patut diwaspadai antara lain: janji keuntungan tinggi dan cepat, tekanan untuk segera menyetor dana, minimnya transparansi legalitas, serta penggunaan istilah bisnis yang terdengar canggih tetapi tidak dijelaskan secara konkret. Jika tidak ada laporan keuangan, tidak ada pengawasan otoritas resmi, dan tidak ada kejelasan badan hukum, maka program tersebut patut dicurigai.

Kampus juga perlu lebih aktif menyaring kegiatan eksternal yang mengatasnamakan edukasi bisnis atau investasi. Mendorong literasi keuangan bukan hanya soal membukakan peluang, tetapi juga melindungi mahasiswa dari jebakan sistem yang berbahaya. Program edukasi yang benar akan mendorong analisis kritis, menyediakan data yang bisa diverifikasi, dan tidak meminta keputusan finansial secara tergesa-gesa.

Semangat belajar dan keinginan untuk sukses sejak dini adalah hal yang positif, namun harus diimbangi dengan kewaspadaan dan logika sehat. Mahasiswa adalah calon pemimpin masa depan—jangan sampai mereka justru dijadikan korban oleh sistem yang hanya menjual ilusi tanpa nilai.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar