Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Penipuan Berbasis Game: Item Dijual, Uang Tak Dikirim

11
×

Penipuan Berbasis Game: Item Dijual, Uang Tak Dikirim

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Dunia game online bukan lagi sekadar hiburan semata. Bagi banyak orang, game telah menjadi bagian dari gaya hidup, ladang cuan, bahkan tempat menjalin pertemanan. Namun, di balik layar penuh warna dan keseruan permainan, tersembunyi ancaman nyata: penipuan berbasis jual beli item game, di mana korban tergoda membeli barang virtual yang ternyata tidak pernah dikirimkan.

Penipuan ini biasanya terjadi di platform yang tidak memiliki sistem escrow atau pengamanan transaksi internal. Banyak pemain game yang memilih melakukan transaksi item secara langsung melalui media sosial, grup komunitas, atau pesan pribadi, karena dianggap lebih cepat dan kadang mendapat harga miring. Sayangnya, di situlah risiko bermula.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Modus yang sering digunakan adalah dengan memasang iklan penjualan item langka, akun game dengan level tinggi, atau mata uang virtual dalam game tertentu. Pelaku menyertakan tangkapan layar, video gameplay, dan testimoni palsu yang seolah menunjukkan transaksi sebelumnya berjalan lancar. Mereka mengklaim sebagai “player lama,” “seller terpercaya,” atau bahkan “pro player” yang ingin pensiun dan menjual asetnya.

Korban yang tertarik biasanya diminta mentransfer uang terlebih dahulu. Setelah dana diterima, pelaku menghilang begitu saja. Item tak kunjung dikirim, akun tak bisa dihubungi, dan nomor rekening pelaku sudah tak aktif. Bahkan jika pelaku masih merespons, mereka kadang pura-pura ada kendala teknis atau menyalahkan sistem game agar korban bersabar—sebuah taktik menunda waktu sambil merancang pelarian digital.

Yang membuat penipuan ini lebih menyakitkan adalah karena korbannya sering kali adalah anak muda, pelajar, atau remaja yang menggunakan uang jajan atau hasil menabung untuk mendapatkan item impian. Dalam beberapa kasus, korban bahkan meminjam uang dari orang tua atau teman demi bisa membeli item yang dijanjikan. Ketika akhirnya sadar ditipu, kerugian tak hanya bersifat materi, tapi juga menyisakan trauma digital.

Tak sedikit juga penipu yang mencuri akun game korban lewat modus “middleman”—mengaku sebagai perantara transaksi yang netral. Korban diminta login ke akun game dan menyerahkannya kepada si penengah, lalu tiba-tiba semua akses hilang dan akun berpindah tangan selamanya. Kejahatan semacam ini nyaris tak terlacak jika tidak dilaporkan secara detail dengan bukti-bukti kuat.

Untuk menghindari jebakan ini, para gamer harus mengingat prinsip dasar transaksi aman: jangan pernah kirim uang sebelum barang diterima atau gunakan sistem yang melindungi kedua belah pihak. Jika transaksi dilakukan di luar platform resmi, risiko tanggung sepenuhnya oleh pembeli. Pastikan Anda mengenal betul siapa lawan transaksi Anda, dan jangan mudah tergoda dengan harga murah atau bonus menggiurkan.

Penting juga untuk tidak membagikan data login game, email, atau informasi penting lainnya kepada siapapun, bahkan kepada pihak yang mengaku “admin” atau “moderator”. Pelaku penipuan kerap menyamar sebagai pihak resmi untuk mengambil alih akun. Selalu aktifkan fitur keamanan seperti verifikasi dua langkah dan catat aktivitas mencurigakan sejak awal.

Komunitas gamer juga memiliki peran besar dalam memutus rantai penipuan ini. Buat daftar blacklist penipu, edukasi anggota baru, dan aktif melaporkan akun-akun mencurigakan ke platform media sosial atau game resmi. Jika ekosistem komunitas sehat, pelaku penipuan akan kesulitan berkembang.

Penipuan di dunia game bukan masalah sepele. Ia bisa merusak ekosistem yang sehat, menghancurkan semangat bermain, bahkan melukai psikologis pemain muda. Karena itu, waspada dan bijak dalam bertransaksi digital bukan hanya tanggung jawab pribadi, tetapi bagian dari menjaga komunitas yang kita cintai bersama.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar