Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) menjadi salah satu momen paling ditunggu oleh masyarakat digital di Indonesia. Diskon besar-besaran, promo kilat, cashback menggiurkan, hingga hadiah gratis menghiasi layar gawai sejak dini hari. Namun di tengah gegap gempita belanja online itu, tersembunyi ancaman serius yang kerap luput dari perhatian: modus penipuan lewat tautan hadiah Harbolnas yang menyebabkan kebocoran data pribadi pengguna.
Pelaku memanfaatkan antusiasme masyarakat dalam berburu promo. Dengan menyebarkan tautan yang dikemas menarik—berjudul “Dapatkan Voucher Rp500.000 Sekarang!” atau “Hadiah Harbolnas dari Brand Favoritmu”—mereka mengarahkan korban ke situs palsu yang tampilannya sangat menyerupai situs resmi e-commerce ternama. Sekilas, tak ada yang mencurigakan. Logo, warna, dan susunan halaman dibuat semirip mungkin agar pengguna tidak menyadari jebakan digital yang sedang mengintai.
Setelah mengeklik tautan, korban diminta mengisi data pribadi seperti nama lengkap, nomor telepon, alamat email, dan bahkan nomor rekening. Dalam kasus yang lebih parah, ada juga yang diminta login menggunakan akun Google atau media sosial, yang justru memberi akses penuh kepada pelaku untuk mengintip isi akun korban, termasuk kontak, foto, hingga riwayat aktivitas.
Data yang dikumpulkan dari ratusan bahkan ribuan korban ini kemudian dijual di pasar gelap digital atau digunakan sendiri oleh pelaku untuk melakukan penipuan lanjutan. Mereka bisa mengirim pesan palsu, menyamar sebagai teman atau kerabat, hingga menggunakan data tersebut untuk mendaftar layanan pinjaman online tanpa sepengetahuan korban.
Yang membuat penipuan ini semakin berbahaya adalah kecepatannya menyebar. Tautan palsu sering disebar melalui grup WhatsApp, media sosial, atau bahkan iklan berbayar di platform tertentu. Begitu satu korban terperangkap dan tanpa sadar ikut membagikan link ke kontaknya, skema ini berubah menjadi rantai penipuan masif yang sulit dihentikan. Tak heran jika banyak yang menyebut modus ini sebagai “virus digital berkedok promo”.
Masyarakat harus sadar bahwa di era digital, data pribadi adalah aset paling berharga. Memberikan informasi penting kepada situs yang belum terverifikasi sama saja dengan menyerahkan kunci rumah kepada orang asing. Apalagi jika itu dilakukan hanya karena tergoda hadiah yang belum tentu nyata. Perlu diingat bahwa perusahaan resmi tidak pernah meminta informasi sensitif melalui tautan tidak dikenal, apalagi dengan iming-iming hadiah instan.
Cara mengenali tautan palsu sebenarnya tidak sulit. Lihat alamat website dengan cermat—apakah menggunakan domain resmi? Perhatikan juga tampilan desain; jika ada kesalahan ejaan, font aneh, atau ikon yang tampak buram, itu pertanda bahaya. Selain itu, jangan pernah tergoda untuk mengunduh file dari situs yang tidak terpercaya karena bisa saja itu mengandung malware pencuri data.
Jika sudah terlanjur mengeklik dan merasa memberikan informasi penting, segera lakukan tindakan mitigasi. Ganti semua password yang mungkin terhubung dengan data tersebut, aktifkan verifikasi dua langkah, dan laporkan kejadian ke pihak berwenang atau platform resmi terkait. Jangan tunggu hingga muncul transaksi mencurigakan di rekening atau akun e-commerce Anda.
Di balik semangat konsumtif Harbolnas, kesadaran literasi digital harus menjadi garda terdepan. Edukasi soal keamanan siber perlu digencarkan tidak hanya di kalangan muda, tapi juga kepada orang tua, pekerja kantoran, bahkan pelaku UMKM yang makin aktif berbelanja dan berdagang online. Jangan biarkan momen belanja yang seharusnya menyenangkan berubah jadi awal petaka karena kelengahan sejenak.
Promo Harbolnas memang menarik, tapi di balik itu, kita harus tetap waspada. Tidak semua hadiah datang dari niat baik. Kadang, itu hanyalah umpan dari niat jahat yang terbungkus rapi dalam desain menarik dan janji-janji manis. Tetap bijak dalam berburu diskon, dan selalu pastikan keamanan digital jadi prioritas utama.