Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Fake Account Mengaku Influencer Tawarkan Bisnis Bodong

14
×

Fake Account Mengaku Influencer Tawarkan Bisnis Bodong

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Dalam era media sosial, pengaruh seorang influencer sangat besar dalam membentuk opini, tren, bahkan keputusan keuangan para pengikutnya. Namun celah kepercayaan inilah yang kini dimanfaatkan oleh pelaku penipuan digital. Mereka membuat akun palsu (fake account) yang menyamar sebagai influencer terkenal untuk menawarkan bisnis yang ternyata hanyalah skema bodong.

Modus ini dimulai dari pembuatan akun media sosial dengan nama, foto profil, dan konten yang sangat mirip dengan akun asli seorang tokoh publik atau selebgram. Sekilas tidak ada yang mencurigakan, karena pelaku menyalin konten-konten lama dari akun asli, bahkan mempercantik bio dengan simbol centang biru palsu atau angka followers yang terlihat meyakinkan.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Setelah berhasil mengelabui calon korban, pelaku mulai menyebar pesan langsung (DM) atau memposting penawaran “bisnis” yang menjanjikan. Bisa berupa investasi modal kecil dengan keuntungan besar, kemitraan dropship, hingga program reseller produk yang katanya dipromosikan langsung oleh sang influencer. Penawaran ini sering kali disertai narasi motivasi atau testimoni palsu dari “pengikut yang sudah sukses”.

Para korban, terutama mereka yang sudah lama mengikuti influencer tersebut, tak sedikit yang langsung percaya dan tergerak untuk ikut. Apalagi jika si akun palsu tampak aktif dan responsif saat diajak ngobrol. Di sinilah jebakan dimulai. Korban diminta mentransfer uang pendaftaran, membeli “paket bisnis”, atau menyetorkan dana awal untuk bisa bergabung dalam program eksklusif.

Setelah uang dikirim, komunikasi mulai terputus. Akun mendadak menghilang, atau korban diblokir. Uang yang dikirim pun tak pernah kembali. Saat sadar telah tertipu, banyak korban yang baru mencari tahu bahwa akun tersebut bukan akun asli, melainkan peniru yang memanfaatkan kepercayaan publik terhadap sosok influencer tertentu.

Yang lebih mencemaskan, beberapa pelaku juga menyebarkan situs palsu yang mengatasnamakan bisnis si influencer, lengkap dengan domain dan tampilan profesional. Bahkan ada yang membuat grup WhatsApp atau Telegram “resmi” yang sebenarnya hanya alat untuk mengumpulkan korban secara massal.

Kejahatan ini bukan hanya menyasar masyarakat umum, tapi juga merusak reputasi sang influencer asli. Beberapa di antaranya harus mengeluarkan klarifikasi berulang kali agar pengikutnya tidak tertipu akun palsu. Bahkan ada kasus di mana korban melapor dan menyalahkan influencer asli karena dianggap “mengajak investasi bodong”, padahal semua itu ulah peniru.

Langkah pencegahan yang bisa dilakukan masyarakat adalah memastikan bahwa akun yang diikuti benar-benar terverifikasi, baik dari centang biru resmi (di platform yang menyediakan), tautan dari situs resmi influencer, maupun interaksi yang masuk akal. Jangan mudah tergiur dengan tawaran yang terdengar terlalu mudah, apalagi jika hanya disampaikan lewat pesan langsung atau postingan yang penuh janji manis.

Jika menerima tawaran bisnis dari akun media sosial, lakukan pengecekan silang: lihat komentar pengikut lain, bandingkan dengan konten dari akun asli, dan cari informasi di mesin pencari atau forum daring. Bila perlu, tanyakan langsung ke akun resmi atau tunggu konfirmasi dari platform terpercaya.

Penipuan bermodus akun palsu ini menegaskan bahwa era digital menuntut kewaspadaan yang tinggi. Kepercayaan adalah aset mahal, dan di dunia maya, siapa pun bisa menyamar menjadi siapa pun. Jangan biarkan diri kita menjadi korban hanya karena terlalu percaya dengan tampilan luar yang dibuat-buat.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar