Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Penggunaan Deepfake untuk Rayu Korban Semakin Marak

13
×

Penggunaan Deepfake untuk Rayu Korban Semakin Marak

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) menghadirkan berbagai inovasi, tetapi di sisi lain juga membuka celah baru untuk kejahatan digital. Salah satu bentuk penyalahgunaan yang paling mengkhawatirkan adalah deepfake—teknologi yang memungkinkan manipulasi wajah dan suara seseorang dengan sangat realistis. Belakangan ini, deepfake mulai digunakan oleh pelaku penipuan untuk merayu korban dan menguras harta benda mereka.

Modus yang digunakan beragam, mulai dari video panggilan yang menampilkan wajah orang terkenal atau kerabat korban, hingga pesan video pribadi yang tampaknya dikirim langsung dari seseorang yang dikenal. Dengan visual dan suara yang tampak asli, korban cenderung percaya dan merasa terikat secara emosional. Tak sedikit yang langsung menuruti permintaan uang atau data pribadi karena mengira berkomunikasi dengan orang yang mereka kenal atau kagumi.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Salah satu strategi umum yang dipakai penipu adalah mengaku sebagai pasangan jarak jauh, selebritas, atau kerabat yang sedang dalam masalah mendesak. Mereka menggunakan video deepfake yang sudah diedit seolah-olah orang tersebut sedang berbicara langsung kepada korban. Kalimat seperti “aku butuh bantuan sekarang,” “jangan kasih tahu siapa-siapa,” atau “tolong transfer ke rekening ini” sering digunakan untuk menekan psikologis korban.

Para pelaku biasanya mempersiapkan video deepfake mereka dengan mengumpulkan data visual dan suara dari media sosial, wawancara, dan video yang diunggah publik. Dengan alat dan perangkat lunak yang kini bisa diakses secara luas, mereka dapat membuat konten manipulatif hanya dalam waktu singkat. Inilah yang membuat ancaman ini semakin nyata dan sulit dibedakan oleh orang awam.

Yang lebih berbahaya, korban bukan hanya kehilangan uang, tetapi juga kehilangan rasa percaya terhadap lingkungan sekitarnya. Setelah menyadari bahwa mereka tertipu oleh wajah yang mereka kenal, dampak emosional yang dirasakan bisa sangat dalam, bahkan mengarah pada trauma atau isolasi sosial. Tidak sedikit korban yang merasa malu dan enggan melapor karena takut dicemooh.

Untuk melindungi diri dari penipuan berbasis deepfake, masyarakat perlu meningkatkan literasi digital dan mempertanyakan setiap komunikasi yang tampak mencurigakan, bahkan jika terlihat sangat meyakinkan. Verifikasi melalui jalur alternatif, seperti menghubungi langsung lewat telepon atau bertemu langsung, menjadi penting. Jangan pernah tergesa-gesa melakukan transfer uang hanya berdasarkan video atau pesan mendesak.

Platform media sosial dan aplikasi komunikasi juga diimbau untuk meningkatkan sistem deteksi terhadap konten deepfake. Saat ini, beberapa layanan teknologi mulai mengembangkan algoritma untuk mengenali video manipulatif, tetapi pengguna tetap menjadi garis pertahanan pertama.

Kasus penipuan yang melibatkan deepfake menandakan bahwa ancaman dunia digital tidak hanya berasal dari malware atau phising saja, tetapi juga dari bentuk rekayasa visual yang menyentuh sisi emosional manusia. Di tengah kemajuan teknologi, kesadaran, logika, dan kehati-hatian tetap menjadi tameng utama menghadapi tipu daya dunia maya.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar