Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

“Ayah Kecelakaan, Kirim Uang Sekarang!” Ternyata Penipu

3
×

“Ayah Kecelakaan, Kirim Uang Sekarang!” Ternyata Penipu

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Ketika seseorang menerima pesan mendadak yang mengabarkan bahwa anggota keluarganya mengalami kecelakaan, respons pertama yang muncul biasanya adalah panik. Dan di situlah celah kejahatan terbuka. Modus penipuan dengan skenario kecelakaan keluarga kini makin sering terjadi, menyasar emosi korban secara langsung. Salah satu bentuknya adalah pesan atau panggilan palsu yang mengatakan, “Ayah kecelakaan, kirim uang sekarang!” — sebuah kalimat singkat, tapi sarat tekanan psikologis.

Dalam skema ini, pelaku menyamar sebagai pihak rumah sakit, polisi, atau bahkan seseorang yang mengaku sebagai teman ayah korban. Mereka mengabarkan bahwa ayah korban mengalami kecelakaan dan butuh penanganan medis darurat. Untuk itu, diminta sejumlah uang agar tindakan bisa segera dilakukan. Terkadang, mereka juga menambahkan unsur dramatis seperti, “Kalau tidak cepat ditransfer, bisa terlambat ditangani.”

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Korban, yang berada dalam kondisi bingung dan cemas, sering kali langsung menurut tanpa sempat berpikir rasional. Apalagi jika si penipu menyebut nama lengkap ayah korban atau menggunakan informasi pribadi lain yang berhasil dikumpulkan sebelumnya — baik dari media sosial, aplikasi publik, atau hasil rekayasa sosial. Dalam situasi genting seperti itu, hanya sedikit orang yang masih mampu melakukan verifikasi atau bertanya lebih lanjut.

Penipu sengaja membuat waktu menjadi musuh korban. Mereka memanfaatkan tekanan emosional agar korban bertindak cepat dan tidak sempat berpikir logis. Bahkan, beberapa pelaku menggunakan suara tangisan atau suara pria yang terdengar lemah untuk memperkuat kesan bahwa situasi ini nyata dan mendesak. Mereka juga bisa menolak saat diminta bicara dengan “ayah” yang mereka klaim terluka, dengan alasan sedang di ruang operasi atau tidak sadarkan diri.

Modus ini tidak hanya menipu secara finansial, tapi juga menimbulkan trauma emosional yang dalam. Korban merasa bersalah telah kehilangan uang, dan lebih buruk lagi, merasa tertipu karena menyangkut orang tua mereka sendiri. Tak jarang, pelaku mengulangi skenario yang sama dengan anggota keluarga lain, karena mengetahui bahwa rasa sayang bisa terus dimanipulasi.

Langkah pencegahan utama dalam menghadapi modus ini adalah tetap tenang dalam situasi darurat yang disampaikan lewat pesan. Jangan langsung percaya, dan sebisa mungkin lakukan verifikasi langsung. Hubungi orang yang disebut dalam kabar tersebut menggunakan nomor pribadi, atau tanyakan kepada anggota keluarga lain untuk memastikan kebenarannya.

Perlu juga membiasakan anggota keluarga untuk saling menjaga privasi di dunia digital. Jangan sembarangan membagikan nomor, lokasi, atau informasi pribadi di media sosial yang bisa dengan mudah dikumpulkan oleh pelaku. Gunakan pengaturan privasi yang ketat dan hindari menerima permintaan pertemanan dari akun tak dikenal.

Selain itu, penting bagi masyarakat untuk menyebarkan informasi soal modus ini kepada lingkungan sekitar, terutama orang tua dan remaja. Dengan edukasi yang tepat, masyarakat bisa belajar mengenali ciri-ciri pesan penipuan, seperti penggunaan bahasa tergesa-gesa, ancaman terselubung, dan permintaan transfer ke rekening pribadi.

Kasus penipuan seperti ini menunjukkan bahwa penjahat tidak lagi hanya mengincar harta, tapi juga memainkan emosi. Mereka tahu bahwa kasih sayang adalah kekuatan yang bisa dimanipulasi jika kita tidak berhati-hati. Karena itu, selain menjaga data, kita juga perlu menjaga logika, terutama ketika dihadapkan pada situasi yang terlihat mendesak, namun belum tentu benar.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar