Dalam era komunikasi digital yang serba visual, stiker chat menjadi bagian tak terpisahkan dari percakapan sehari-hari. Di balik fungsinya yang tampak lucu dan ringan, kini muncul modus penipuan baru yang menyelipkan jebakan melalui stiker palsu — sebuah strategi yang menyasar rasa ingin tahu dan kebiasaan pengguna yang sering mengeklik tanpa pikir panjang. Stiker-stiker ini tidak sekadar gambar lucu, melainkan tautan terselubung yang bisa menyeret korban ke situs penipuan, phishing, atau malware.
Modus ini berkembang di berbagai platform perpesanan seperti WhatsApp, Telegram, dan Line. Pelaku menyebarkan stiker yang dikemas dalam bentuk paket unduhan — biasanya diberi nama menarik seperti “Stiker Lucu Ramadhan,” “Stiker K-Pop Terbaru,” atau “Stiker Kocak Gokil 2025.” Begitu pengguna mengeklik tautan untuk mengunduh atau membuka koleksi stiker tersebut, mereka akan diarahkan ke situs pihak ketiga yang menyamar sebagai portal resmi, padahal sebenarnya merupakan situs abal-abal yang berbahaya.
Situs tersebut kemudian meminta pengguna untuk mengisi data pribadi seperti nama lengkap, nomor HP, alamat email, bahkan kode OTP yang diklaim sebagai “verifikasi aplikasi.” Tanpa sadar, korban justru sedang menyerahkan akses ke akun mereka sendiri — baik itu akun WhatsApp, media sosial, atau dompet digital yang terhubung.
Dalam versi lain, setelah tautan diklik, perangkat korban secara otomatis mengunduh file APK (aplikasi Android) atau skrip yang akan menginstal malware. Program jahat ini bisa merekam aktivitas korban, mencuri kontak, membaca pesan masuk, dan dalam kasus tertentu, mengendalikan perangkat dari jarak jauh. Semua ini bermula hanya karena satu klik pada stiker yang tampak tidak berbahaya.
Yang membuat modus ini semakin berbahaya adalah kemasannya yang tampak ramah dan familier. Tak jarang stiker ini disebarkan melalui grup keluarga, teman kantor, atau komunitas sekolah. Ketika stiker datang dari orang yang dikenal, kewaspadaan pengguna otomatis menurun. Pelaku tahu betul bahwa kepercayaan sosial dalam grup digital sering membuat pengguna menonaktifkan logika dan rasa waspada.
Banyak korban tidak menyadari bahwa perangkat mereka sudah terinfeksi atau data mereka sudah bocor. Dampaknya bisa baru terasa berminggu-minggu kemudian, ketika akun tiba-tiba tidak bisa diakses, atau saldo dompet digital menghilang tanpa jejak. Bahkan dalam kasus tertentu, akun korban digunakan untuk menyebarkan stiker palsu ke orang lain, memperluas jangkauan penipuan tanpa disadari.
Untuk mencegah diri menjadi korban dari penipuan jenis ini, ada beberapa langkah penting yang bisa dilakukan:
- Jangan sembarangan mengeklik tautan dalam paket stiker, terutama jika berasal dari sumber yang tidak dikenal atau mencurigakan.
- Gunakan hanya stiker dari toko resmi aplikasi, seperti Google Play Store atau Apple App Store. Hindari stiker dari situs pihak ketiga yang tidak terpercaya.
- Periksa URL tautan dengan seksama. Situs resmi biasanya memiliki alamat yang jelas dan aman (https://), bukan domain murahan atau panjang tak wajar.
- Aktifkan proteksi di perangkat Anda, seperti antivirus, pemindai aplikasi mencurigakan, dan fitur peringatan tautan berbahaya.
- Edukasi lingkungan sekitar, terutama anak-anak dan orang tua, bahwa stiker lucu sekalipun bisa menjadi pintu masuk kejahatan siber jika tidak hati-hati.
Platform perpesanan juga punya tanggung jawab besar dalam menindak penyebaran stiker berisi tautan berbahaya. Mereka perlu meningkatkan sistem pendeteksian otomatis dan memberi opsi lapor yang lebih cepat kepada pengguna.
Stiker seharusnya menjadi ekspresi keakraban dalam komunikasi digital, bukan alat tipu daya. Namun di dunia maya, apa pun yang tampak ringan bisa jadi berbahaya jika tidak diiringi kewaspadaan. Ingatlah, satu klik bisa menyeret Anda ke jebakan yang lebih besar dari yang dibayangkan. Jangan mudah tergoda oleh visual lucu jika Anda tidak tahu pasti apa yang tersembunyi di baliknya.
