Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Modus Kontak WhatsApp “Double” Mengelabui Pengguna

32
×

Modus Kontak WhatsApp “Double” Mengelabui Pengguna

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Di tengah makin luasnya penggunaan WhatsApp sebagai alat komunikasi utama, pelaku kejahatan digital terus memutar otak untuk menembus celah kelemahan pengguna. Salah satu modus baru yang kini mulai marak adalah duplikasi kontak WhatsApp, atau yang dikenal sebagai modus “double contact.” Pelaku membuat akun WhatsApp palsu dengan nama, foto, dan informasi profil yang menyerupai orang yang dikenal oleh korban, lalu menghubungi korban seolah-olah mereka adalah orang yang sama dengan yang sudah ada di kontak korban.

Sekilas, ini terdengar sederhana — seseorang membuat akun baru dengan nomor berbeda namun menyamar sebagai orang yang sudah dikenal. Tapi dampaknya bisa sangat besar karena korban tertipu oleh kemiripan profil, dan tanpa sadar berinteraksi, membagikan informasi pribadi, atau bahkan mengirim uang kepada penipu yang menyamar.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Modus ini sering kali dimulai dengan pesan masuk dari nomor baru yang menyapa dengan akrab, “Halo, ini aku. Nomorku yang lama nggak bisa dipakai, jadi sementara pakai yang ini dulu ya.” Kalimat seperti ini seolah menjadi pembuka biasa yang tidak mencurigakan. Foto profil yang digunakan pun kerap diambil dari media sosial asli orang yang ditiru. Bahkan, pelaku bisa dengan lihai menyesuaikan gaya bahasa, gaya ketik, dan kebiasaan bicara targetnya, agar semakin meyakinkan.

Tak lama kemudian, setelah kepercayaan korban tumbuh, penipu mulai melancarkan aksinya. Mereka bisa meminta pinjaman uang, mengirim tautan yang katanya penting untuk diakses, meminta kode OTP dengan dalih “kesalahan login”, atau bahkan mengajak bicara lebih jauh untuk mengorek informasi sensitif seperti alamat rumah, nomor rekening, hingga dokumen pribadi.

Yang membuat modus ini semakin sulit dikenali adalah korban tetap memiliki kontak asli teman atau keluarga tersebut di daftar mereka, dan karena profil duplikat tampil menyerupai aslinya, korban tidak menyadari bahwa mereka sedang berbicara dengan akun palsu. Apalagi jika nomor baru disimpan, maka WhatsApp akan menampilkan nama yang sama, menciptakan ilusi bahwa itu adalah orang yang sama, padahal tidak.

Lebih buruk lagi, pelaku bisa dengan cepat menyebarkan pesan penipuan ke kontak-kontak korban lainnya, menyamar sebagai orang yang dikenal oleh semua pihak, menciptakan rantai penipuan yang sistematis dan meluas.

Beberapa korban baru sadar setelah dimintai uang dalam jumlah besar atau setelah menghubungi nomor asli yang ternyata tidak pernah mengirim pesan tersebut. Pada saat itu, kerugian sering kali sudah terjadi, baik secara finansial maupun emosional. Tak jarang korban merasa malu karena telah tertipu oleh sesuatu yang tampaknya sangat sederhana.

Untuk mencegah modus “double contact” ini, ada sejumlah langkah penting yang bisa dilakukan:

  1. Selalu verifikasi ulang jika ada kontak lama yang mengaku berganti nomor. Jangan langsung percaya hanya karena foto dan gaya bicara mirip. Lakukan panggilan suara atau video untuk memastikan identitasnya.
  2. Waspadai permintaan sensitif dari kontak baru, terutama jika terkait uang, data pribadi, atau akses akun. Ingat, permintaan mendesak dan penuh tekanan adalah ciri khas penipuan.
  3. Jangan sembarangan menyebarkan informasi atau foto profil pribadi di media sosial. Pelaku biasanya mencari bahan untuk meniru dari akun-akun publik korban.
  4. Aktifkan fitur privasi WhatsApp, seperti membatasi siapa yang bisa melihat foto profil, status, atau informasi akun Anda. Ini bisa mencegah pelaku mengumpulkan informasi untuk meniru Anda.
  5. Edukasi orang-orang terdekat Anda, terutama yang belum akrab dengan modus kejahatan digital. Beritahukan mereka bahwa nomor baru yang menyerupai orang terdekat harus selalu dicurigai sampai benar-benar terverifikasi.

Platform WhatsApp sendiri terus mengembangkan fitur-fitur keamanan, namun perlindungan terbaik tetap datang dari kesadaran pengguna. Pelaku kejahatan memanfaatkan kepercayaan sosial dan kemiripan digital untuk menjebak korbannya. Karena itu, kita semua perlu menumbuhkan budaya skeptis terhadap perubahan yang tidak lazim dalam komunikasi digital.

Modus kontak ganda ini adalah bentuk penipuan yang sangat licik, karena ia tidak menyerang sistem, tetapi menyerang relasi antar manusia yang dibangun dengan kepercayaan. Di era digital, kepercayaan tanpa verifikasi bisa menjadi jebakan. Maka, sebelum membalas pesan dari “teman lama” yang tiba-tiba ganti nomor, pastikan dulu bahwa Anda benar-benar berbicara dengan orang yang Anda kenal. Satu langkah verifikasi bisa menyelamatkan Anda dari kerugian yang lebih besar.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar