Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Gunakan Video Lama, Penipu Sebar Berita Bohong Lewat WA

7
×

Gunakan Video Lama, Penipu Sebar Berita Bohong Lewat WA

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

WhatsApp, sebagai aplikasi percakapan yang sangat populer di Indonesia, telah menjadi ruang utama berbagi informasi — dari kabar keluarga hingga berita nasional. Namun celah inilah yang dimanfaatkan oleh pelaku penipuan untuk menyebarkan berita bohong menggunakan video lama. Video yang telah beredar bertahun-tahun lalu, atau yang berasal dari peristiwa berbeda, dimanipulasi konteksnya lalu disebarkan kembali dengan narasi menyesatkan. Ini bukan hanya menciptakan kepanikan, tapi juga menjadi alat untuk melancarkan penipuan terstruktur.

Modus ini bekerja secara halus namun sistematis. Pelaku mengambil video lama dari media sosial, portal berita, atau rekaman kejadian nyata seperti bencana, konflik, atau kecelakaan. Video itu lalu dikemas ulang dengan narasi yang berbeda — disertai keterangan palsu, tanggal yang dimundurkan atau dimajukan, serta nama lokasi yang diganti agar terkesan relevan dan lokal. Lalu video tersebut dibagikan secara masif melalui grup WhatsApp.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Contohnya, video kebakaran pasar dari tahun 2018 bisa diklaim sebagai kebakaran yang baru saja terjadi hari ini di kota lain. Atau video bentrokan di luar negeri disebar ulang dengan narasi bahwa itu adalah kerusuhan di dalam negeri. Tujuannya adalah menciptakan kehebohan, menarik perhatian, dan pada akhirnya memancing korban agar terlibat lebih jauh — misalnya mengklik tautan yang dilampirkan, membagikan ulang, atau memberikan donasi ke rekening palsu.

Yang membuatnya berbahaya adalah daya sebar WhatsApp yang sangat cepat. Grup keluarga, grup kerja, dan komunitas lokal menjadi saluran empuk bagi penipuan ini. Karena video terlihat nyata dan narasi disampaikan dengan bahasa yang akrab serta penuh rasa urgensi, banyak orang tergerak untuk langsung percaya dan membagikannya tanpa memverifikasi.

Setelah kepercayaan terbentuk, pelaku akan melanjutkan dengan pesan lanjutan. Bisa berupa permintaan sumbangan untuk “korban bencana” fiktif, ajakan mendaftar bantuan palsu, atau tautan ke situs yang mengaku sebagai platform donasi, tapi sebenarnya adalah situs phishing. Dalam skema yang lebih besar, video bohong ini digunakan untuk memanipulasi opini publik, menyebarkan kebencian, bahkan menciptakan ketegangan sosial.

Parahnya, masyarakat yang kurang memiliki literasi digital sering kali tidak tahu bahwa video tersebut sebenarnya sudah lama beredar. Mereka tidak tahu cara mencari sumber asli, memverifikasi metadata video, atau membandingkan narasi yang beredar dengan berita resmi dari media kredibel.

Untuk menghadapi modus ini, langkah utama yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap informasi visual yang beredar di WhatsApp, terutama video yang dibarengi narasi dramatis atau mendesak. Jangan pernah langsung percaya, apalagi membagikan, sebelum melakukan tiga langkah sederhana: cek sumber, cek waktu, dan cek konteks.

Pengguna bisa memanfaatkan fitur pencarian gambar atau video terbalik di internet untuk mengetahui asal muasal konten. Sementara itu, platform seperti Google dan YouTube menyediakan alat untuk mengecek apakah video tersebut pernah muncul sebelumnya. Aplikasi pemeriksa fakta juga semakin mudah diakses, seperti TurnBackHoax atau Mafindo, yang menyediakan klarifikasi atas konten menyesatkan yang sedang viral.

Selain itu, edukasi literasi digital harus dimasukkan ke dalam keseharian masyarakat — di sekolah, di tempat ibadah, di grup RT/RW, bahkan di lingkungan kerja. Setiap pengguna ponsel adalah titik penting dalam rantai distribusi informasi. Jika satu orang saja bisa menghentikan penyebaran berita bohong, maka penipuan tidak akan semudah itu menyebar luas.

Penipuan dengan video lama adalah bentuk manipulasi yang memanfaatkan emosi dan kepercayaan dalam komunikasi digital. Ia tidak membutuhkan alat canggih — cukup dengan video usang dan narasi kuat, kejahatan sudah bisa dijalankan. Oleh karena itu, perlindungan terbaik bukan pada teknologi semata, tapi pada ketahanan mental pengguna terhadap informasi yang tampak dramatis namun belum tentu benar.

Jangan biarkan rasa peduli dan empati Anda dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Di era banjir informasi, memilih untuk tidak langsung percaya adalah bentuk kepedulian tertinggi. Verifikasi sebelum membagikan, dan jadilah bagian dari solusi, bukan penyebar kebohongan.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar