Tradisi buka puasa bersama atau “bukber” telah lama menjadi momen kebersamaan yang hangat di tengah bulan Ramadan. Baik itu reuni teman sekolah, pertemuan komunitas, atau ajakan dari kenalan baru, kegiatan ini sering dinanti karena memberi kesempatan untuk menjalin kembali tali silaturahmi. Namun belakangan, niat baik dalam tradisi ini mulai dikotori oleh ulah para penipu yang memanfaatkan undangan bukber sebagai umpan. Dengan embel-embel “gratis”, mereka menjebak korbannya untuk mengirim uang transportasi yang ternyata masuk ke kantong pelaku.
Skema ini dimulai dengan pesan atau ajakan personal dari seseorang yang mengaku sebagai teman lama, panitia komunitas, atau penyelenggara kegiatan sosial. Pelaku bisa muncul melalui WhatsApp, DM Instagram, atau Facebook Messenger, dengan gaya bicara yang akrab dan sopan. Mereka mengatakan sedang mengadakan buka puasa bersama yang disponsori oleh pihak tertentu, dan menyebutkan lokasi, waktu, dan daftar peserta yang mencatut beberapa nama yang familiar.
Agar lebih meyakinkan, pelaku sering melampirkan undangan resmi dalam bentuk gambar atau PDF, lengkap dengan logo restoran, desain profesional, dan bahkan daftar menu. Mereka juga menciptakan grup obrolan untuk menunjukkan bahwa banyak peserta yang ikut. Suasana ini menciptakan kesan bahwa acara benar-benar ada dan sedang disiapkan secara serius.
Setelah korban menyatakan bersedia hadir, pelaku masuk ke tahap berikutnya: permintaan uang transportasi. Dengan alasan sponsor hanya menanggung biaya makanan dan tempat, tapi tidak menanggung akomodasi, pelaku meminta korban untuk mentransfer sejumlah uang — biasanya dalam jumlah kecil yang terasa masuk akal, misalnya Rp50.000 sampai Rp150.000 — yang konon akan dikembalikan setelah acara berlangsung. Ada juga yang menyebut uang itu sebagai “uang registrasi” atau “uang booking tempat”.
Korban yang percaya pun akhirnya mentransfer dana tanpa curiga. Namun setelah itu, grup mendadak sepi, pelaku menghilang, atau semua kontak diblokir. Ketika mencoba menghubungi pihak restoran atau tempat acara yang disebut dalam undangan, ternyata tidak ada jadwal acara bukber apa pun. Saat itulah korban sadar telah ditipu — dengan cara yang memanfaatkan momen religius dan kehangatan sosial untuk merampas kepercayaan dan uang.
Yang membuat modus ini sangat berbahaya adalah sifatnya yang sangat kasual dan tidak menimbulkan kecurigaan di awal. Buka puasa bersama sudah menjadi hal lumrah, dan ketika ada tawaran gratis dengan suasana kekeluargaan, orang cenderung menurunkan kewaspadaan. Pelaku tahu betul bahwa dengan mengajak melalui pendekatan sosial dan relasi, korban akan lebih mudah terpengaruh dan tidak berpikir untuk memverifikasi.
Selain itu, jumlah uang yang diminta relatif kecil. Ini membuat korban cenderung tidak berpikir panjang dan langsung mentransfer demi “mengamankan tempat”. Bagi pelaku, penipuan kecil-kecil seperti ini justru menguntungkan. Karena jika dilakukan ke ratusan orang sekaligus, total keuntungan bisa sangat besar tanpa harus menimbulkan keributan besar seperti kasus penipuan skala besar.
Untuk melindungi diri dari modus seperti ini, masyarakat perlu menerapkan kebiasaan verifikasi, sekecil apa pun nominal yang diminta. Jika menerima undangan dari orang yang tidak benar-benar dikenal, segera cari tahu siapa yang mengundang, apakah tempat yang disebutkan memang menyelenggarakan acara tersebut, dan apakah informasi bisa dicocokkan dengan pihak ketiga. Jika ada permintaan transfer dengan alasan apa pun sebelum hadir ke acara, itu harus menjadi tanda peringatan.
Selain itu, komunitas dan kelompok sosial juga perlu lebih berhati-hati dalam menyebarkan undangan dan menggunakan nama acara seperti “bukber gratis”, karena bisa ditiru dan dimanipulasi oleh pihak luar. Penting untuk memastikan semua ajakan dan komunikasi bersifat resmi dan dapat dipertanggungjawabkan.
Bulan Ramadan seharusnya menjadi momen penuh keberkahan dan kejujuran. Namun ketika suasana hangat ini dijadikan alat untuk meraih keuntungan lewat tipuan, maka kita semua harus semakin waspada. Bukan berarti kita mencurigai semua ajakan, tapi menjaga logika tetap menyala bahkan dalam suasana keakraban adalah bentuk perlindungan terbaik bagi empati dan dompet kita. Jangan biarkan kenangan bukber yang semestinya indah, ternoda oleh kelicikan yang terselubung dalam undangan penuh tipu daya.