Permintaan bantuan untuk biaya operasi sering kali menjadi seruan yang menggugah simpati publik. Tidak sedikit yang merasa terpanggil untuk menolong, terutama ketika yang dibantu disebut sedang dalam kondisi darurat medis dan tidak punya cukup biaya untuk menjalani tindakan. Namun, modus penipuan dengan alasan “butuh uang untuk operasi” kini makin marak digunakan oleh pelaku untuk menipu orang-orang yang dermawan dan kurang waspada.
Penipu biasanya menyebarkan pesan berantai melalui media sosial atau aplikasi pesan instan seperti WhatsApp, lengkap dengan foto pasien, diagnosa medis, dan cerita menyentuh. Cerita tersebut dikemas sedemikian rupa agar tampak nyata dan darurat. Misalnya: seorang anak menderita tumor otak, seorang ibu harus segera dioperasi karena kecelakaan, atau seorang lansia memerlukan tindakan amputasi. Pelaku juga mencantumkan nomor rekening pribadi, biasanya atas nama seseorang yang mereka klaim sebagai keluarga korban.
Kadang, pelaku menggunakan dokumen palsu seperti surat rumah sakit, hasil rontgen, atau kuitansi tagihan medis untuk memperkuat narasi. Bahkan ada yang mencatut nama rumah sakit sungguhan agar lebih meyakinkan. Semua elemen itu dirancang untuk menciptakan kesan bahwa bantuan perlu segera dikirimkan, karena setiap detik akan menyelamatkan nyawa.
Karena sifat masyarakat Indonesia yang dikenal dermawan dan suka tolong-menolong, banyak yang langsung tergerak tanpa berpikir panjang. Bahkan ada yang ikut menyebarkan informasi tersebut ke grup keluarga, alumni, dan komunitas sosial, sehingga penipuan menyebar secara viral dan meluas. Dalam waktu singkat, pelaku bisa mengumpulkan dana dari ratusan bahkan ribuan orang.
Sayangnya, tidak ada operasi yang benar-benar terjadi. Tidak ada pasien yang sedang menunggu tindakan. Semua kisah hanyalah rekaan atau hasil manipulasi informasi dari kasus lama yang sudah tidak relevan. Ketika ada yang mencoba memverifikasi atau meminta laporan penggunaan dana, pelaku akan menghindar, memblokir kontak, atau bahkan menutup seluruh akun media sosial mereka.
Untuk menghindari menjadi korban atau perantara dari penipuan semacam ini, masyarakat perlu lebih bijak dalam menyikapi permintaan bantuan. Langkah-langkah yang bisa diambil antara lain:
- Selalu periksa kebenaran informasi dengan menghubungi langsung rumah sakit atau pihak terkait.
- Pastikan penggalangan dana dilakukan melalui platform resmi yang transparan dan bisa diaudit.
- Waspadai permintaan transfer langsung ke rekening pribadi yang tidak bisa diverifikasi.
- Jangan tergesa-gesa menyebarkan informasi sebelum yakin akan validitasnya.
Empati adalah kekuatan sosial yang sangat berharga, tetapi tanpa kehati-hatian, empati bisa menjadi celah bagi kejahatan untuk tumbuh. Di era digital, kebaikan hati harus sejalan dengan kemampuan kritis dan kesadaran literasi informasi. Bantulah mereka yang benar-benar membutuhkan, bukan mereka yang menyamar demi keuntungan pribadi.
