Cerita tentang seorang ibu muda yang kesulitan membiayai sekolah anaknya adalah narasi yang sangat mudah menyentuh hati banyak orang. Kisah ini sering dipakai oleh pelaku penipuan sebagai pancingan untuk menggalang dana dengan cara yang tidak jujur. Mereka mengemas cerita pilu tersebut dalam bentuk pesan singkat, unggahan media sosial, atau chat pribadi yang meminta bantuan finansial dengan alasan biaya sekolah yang mendesak.
Modus ini bekerja dengan sangat efektif karena mengandalkan emosi dan rasa empati masyarakat. Pelaku biasanya menyertakan foto ibu muda dan anaknya yang tampak sederhana atau dalam kondisi yang membuat orang merasa iba. Mereka juga menambahkan cerita dramatis, seperti ibu tersebut harus membayar uang pangkal, biaya seragam, atau buku pelajaran yang nilainya cukup besar.
Setelah membangun narasi tersebut, pelaku mencantumkan nomor rekening pribadi sebagai tempat pengiriman bantuan. Pesan itu disebarkan luas, tidak hanya ke target utama, tetapi juga ke grup-grup komunitas, keluarga, dan teman. Banyak orang yang tanpa verifikasi langsung melakukan transfer uang dengan harapan bisa membantu meringankan beban ibu muda tersebut.
Namun kenyataannya, tidak ada ibu muda yang benar-benar membutuhkan bantuan itu, dan uang yang terkumpul tidak sampai kepada siapa pun yang membutuhkan. Bahkan, foto dan cerita yang digunakan kerap kali diambil dari sumber lain tanpa izin atau diubah dari kasus lama yang sudah tidak relevan.
Agar tidak menjadi korban penipuan semacam ini, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dengan:
- Menghindari transfer dana tanpa verifikasi yang jelas.
- Memastikan keaslian cerita dan identitas yang memohon bantuan.
- Mengutamakan donasi melalui lembaga sosial resmi dan terpercaya.
- Tidak mudah tergerak hanya karena cerita yang menyentuh hati tanpa bukti kuat.
Penipuan dengan alasan kesulitan biaya sekolah adalah contoh bagaimana kebaikan hati dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Oleh sebab itu, berhati-hatilah dalam menyalurkan bantuan agar niat baik tidak berubah menjadi kerugian. Pendidikan adalah hak setiap anak, dan bantuan yang diberikan harus sampai pada yang benar-benar membutuhkan.
