PANGANDARAN, [28 Mei 2025] – Kejahatan siber terus berevolusi. Masyarakat dihimbau untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap modus baru penipuan online yang semakin canggih dan mengancam data pribadi serta finansial. Para pelaku kejahatan siber terus berinovasi dalam menjebak korban, sehingga literasi digital menjadi kunci untuk melindungi diri dari jebakan digital terkini.
Salah satu modus penipuan online yang kini marak terjadi adalah skema phishing dan social engineering yang lebih personal. Pelaku sering kali menggunakan identitas palsu dari lembaga atau instansi terpercaya, seperti bank, penyedia layanan telekomunikasi, bahkan otoritas pemerintah. Melalui pesan singkat, email, atau tautan palsu, korban diminta untuk mengklik tautan berbahaya atau mengisi data sensitif seperti nomor rekening, PIN, atau password. Data tersebut kemudian digunakan untuk menguras saldo rekening atau melakukan transaksi ilegal.
Selain itu, penipuan investasi bodong dengan janji keuntungan fantastis juga semakin menjamur. Para pelaku memanfaatkan platform media sosial dan aplikasi pesan instan untuk memperkenalkan skema investasi fiktif yang dikemas sangat meyakinkan. Korban tergiur dengan iming-iming profit tinggi dalam waktu singkat, namun pada akhirnya uang yang diinvestasikan lenyap tak bersisa. Modus ini menyasar individu dari berbagai kalangan, termasuk mereka yang kurang familiar dengan prinsip investasi yang sehat.
Pakar keamanan siber, Dr. Indah Permata, menekankan pentingnya verifikasi berlapis sebelum mengakses tautan atau memberikan informasi pribadi. “Masyarakat harus selalu skeptis terhadap tawaran yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan,” ujarnya. “Selalu cek keaslian situs web atau nomor kontak yang digunakan oleh pihak yang mengklaim diri sebagai lembaga resmi.” Edukasi berkelanjutan mengenai bahaya penipuan online dan jebakan digital terkini perlu terus digencarkan agar masyarakat tidak mudah menjadi korban kejahatan di dunia maya.