Kejahatan siber terus berkembang seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi. Sebagai akibatnya, pelaku penipuan online kini semakin mengembangkan modus yang canggih dan sulit dikenali. Mereka bahkan memanfaatkan berbagai platform digital, mulai dari media sosial hingga aplikasi perpesanan, untuk menjebak korban secara halus dan meyakinkan.
Salah satu contoh nyata dari modus tersebut adalah phishing melalui tautan palsu yang menyerupai situs resmi. Pelaku sering kali merancang tautan dengan tampilan profesional, sehingga pengguna tanpa sadar mengisi data pribadi seperti kata sandi, nomor rekening, hingga kode OTP. Lebih dari itu, dalam beberapa kasus, pelaku menggunakan teknologi deepfake untuk membuat korban percaya bahwa mereka sedang berinteraksi dengan tokoh atau lembaga resmi.
Akibatnya, banyak korban tidak menyadari bahwa mereka sedang menjadi sasaran penipuan digital. Pelaku memanfaatkan celah psikologis dan minimnya kesadaran masyarakat terhadap ancaman dunia siber.
Oleh karena itu, untuk menghadapi situasi ini, masyarakat perlu meningkatkan literasi digital dan lebih waspada dalam setiap aktivitas online. Berikut beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan:
- Periksa URL situs yang dikunjungi dan pastikan domain yang digunakan resmi.
- Hindari membagikan informasi pribadi, termasuk OTP, melalui pesan singkat atau media sosial.
- Aktifkan autentikasi dua faktor (2FA) pada setiap akun penting.
- Gunakan antivirus dan perangkat lunak keamanan yang diperbarui secara berkala.
- Laporkan aktivitas mencurigakan ke platform terkait atau pihak berwenang.
Dengan meningkatkan kesadaran dan kehati-hatian, masyarakat dapat menjadi benteng utama dalam melindungi diri dari penipuan online yang semakin kompleks dan merugikan.