Pangandaran, 28 Maret 2025 – Bulan Ramadhan adalah waktu yang penuh berkah dan menjadi momen bagi umat Muslim untuk meningkatkan ibadah dan mempererat hubungan sosial. Namun, di balik suasana kehangatan dan kebersamaan tersebut, terdapat fenomena yang sering kali muncul, terutama di kalangan remaja, yaitu “perang sarung.” Meskipun terlihat sebagai bentuk hiburan atau tradisi, perang sarung ternyata dapat membawa dampak yang berbahaya jika tidak dikendalikan dengan bijak.
Apa Itu Perang Sarung?
Perang sarung adalah sebuah aktivitas yang biasa dilakukan oleh kelompok remaja atau anak muda di bulan Ramadhan. Biasanya, mereka akan saling melemparkan sarung ke arah lawan dengan tujuan untuk bersenang-senang dan menghibur diri. Meskipun banyak yang menganggapnya sebagai bentuk keisengan yang tidak berbahaya, nyatanya kegiatan ini dapat menimbulkan berbagai masalah serius, mulai dari cedera hingga kerusakan properti.
Potensi Bahaya dari Perang Sarung
- Cedera Fisik
Perang sarung, meskipun tampak sepele, dapat menyebabkan cedera fisik yang serius. Sarung yang dilempar dengan kekuatan tertentu dapat mengenai kepala, wajah, atau bagian tubuh lainnya, yang berpotensi menyebabkan luka memar, benturan, atau bahkan patah tulang. Dalam beberapa kasus, benturan yang terjadi akibat perang sarung dapat mengarah pada cedera lebih parah, seperti gegar otak atau cedera pada mata.
- Mengganggu Ibadah dan Kegiatan Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah waktu yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kualitas ibadah dan memperbanyak amal. Namun, perang sarung dapat mengganggu ketenangan suasana bulan suci ini. Tidak jarang, perang sarung terjadi di masjid, mushola, atau di tempat-tempat umum lainnya, yang justru dapat mengganggu jamaah yang sedang menjalankan salat atau beribadah.
“Perang sarung bisa membuat suasana di tempat ibadah menjadi tidak kondusif. Ini sangat tidak sesuai dengan semangat Ramadhan yang seharusnya penuh dengan ketenangan dan kedamaian,” ungkap Kepala Kepolisian Resor Pangandaran, AKBP Mujianto.
- Kerusakan Properti
Selain itu, perang sarung dapat berujung pada kerusakan properti. Lemparan sarung yang tidak terkendali dapat mengenai kaca jendela, lampu, atau benda lainnya yang bisa menyebabkan kerusakan. Tidak hanya itu, peralatan umum di masjid atau tempat ibadah lainnya juga rentan rusak akibat aksi iseng tersebut.
- Menyebabkan Konflik Sosial
Meskipun sering dianggap sebagai aksi bercanda, perang sarung bisa menimbulkan ketegangan antara individu atau kelompok yang terlibat. Perselisihan kecil bisa dengan cepat berubah menjadi konflik yang lebih besar, terutama jika ada pihak yang merasa terganggu atau terluka akibat tindakan tersebut. Hal ini tentu bertentangan dengan semangat Ramadhan yang mengedepankan toleransi dan saling menghargai.
Peran Orang Tua dan Masyarakat dalam Menghindari Perang Sarung
Mengingat bahaya yang dapat ditimbulkan oleh perang sarung, penting bagi orang tua, tokoh agama, dan masyarakat untuk memberikan pengertian kepada para remaja dan anak-anak mengenai dampak negatif dari aktivitas ini. Orang tua dapat memberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga ketertiban dan menghargai sesama, terutama selama bulan Ramadhan.
“Sebagai orang tua, kita perlu mendidik anak-anak kita untuk memahami bahwa bulan Ramadhan adalah waktu yang penuh berkah, dan kita harus menjaga diri kita dari perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain,” ujar AKBP Mujianto.
Tindakan Kepolisian dalam Menanggulangi Perang Sarung
Polres Pangandaran juga berperan aktif dalam mengawasi dan memberikan arahan kepada masyarakat terkait fenomena perang sarung. Melalui patroli rutin dan kegiatan sosialisasi, pihak kepolisian berusaha untuk mencegah aksi ini berkembang lebih jauh.
“Kami menghimbau kepada seluruh masyarakat, terutama anak-anak muda, untuk tidak terlibat dalam perang sarung. Mari kita manfaatkan bulan Ramadhan dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti berbagi kepada sesama, memperbanyak ibadah, dan saling menjaga ketertiban,” tambah AKBP Mujianto.