Kemajuan teknologi kini memungkinkan banyak pengguna untuk menggunakan dua akun sekaligus dalam satu perangkat. Fitur login ganda ini populer di berbagai aplikasi, mulai dari media sosial, email, hingga e-commerce dan perbankan digital. Namun di balik kemudahannya, fitur ini juga membuka peluang baru bagi penipu untuk mengakses lebih dari satu akun sekaligus hanya dengan satu celah keamanan. Tanpa disadari, perangkat yang digunakan sehari-hari justru bisa menjadi pintu utama untuk aksi peretasan berlapis.
Modus penipuan ini biasanya dimulai dari penggunaan aplikasi pihak ketiga yang menjanjikan kemampuan login ganda lebih fleksibel atau modifikasi sistem untuk membuka banyak akun sekaligus. Pengguna, tergoda oleh kemudahan yang ditawarkan, akan mengunduh aplikasi tersebut dari luar toko resmi—sumber yang tidak memiliki sistem verifikasi keamanan yang ketat. Di sinilah jebakan pertama dimulai.
Aplikasi tiruan ini sebenarnya dirancang untuk mencuri data sesi login. Setelah pengguna memasukkan informasi akun pertama dan kedua, aplikasi akan menyimpan kredensial tersebut secara diam-diam dan mengirimkannya ke server penipu. Dengan sekali jalan, pelaku langsung mendapat akses ke dua akun atau lebih yang aktif di satu perangkat, termasuk akun utama dan cadangan korban.
Dalam kasus yang lebih ekstrem, penipu menyusupi spyware yang bisa membaca notifikasi dari aplikasi lain, termasuk OTP, pesan masuk, atau riwayat transaksi. Mereka memanfaatkan fakta bahwa perangkat korban menyimpan banyak data penting dalam satu tempat, dan hanya butuh satu pintu terbuka untuk menyusup ke semuanya. Dengan akses ganda, mereka bisa membajak akun media sosial untuk menyebar penipuan ke kontak korban sekaligus mengakses akun perbankan untuk menguras dana.
Skenario ini semakin berbahaya ketika pengguna mengaktifkan sinkronisasi otomatis antar aplikasi dan menyimpan password melalui layanan penyimpanan di perangkat. Penipu bisa masuk ke satu aplikasi, lalu melompat ke aplikasi lain yang terhubung, tanpa perlu login ulang. Ini membuat penguasaan akun terjadi dalam hitungan menit—terorganisir dan sistematis.
Lebih dari itu, banyak pengguna tidak menyadari bahwa fitur login ganda juga menyimpan cache dan data sesi login secara paralel. Jika sistem ini dieksploitasi, penipu bisa mengakses data yang tertinggal, termasuk riwayat percakapan, transaksi terakhir, dan aktivitas lokasi. Bahkan setelah korban logout, data tertentu masih bisa diakses oleh aplikasi yang sudah diinfeksi.
Penipuan dengan memanfaatkan login ganda juga sering dikombinasikan dengan modus rekayasa sosial, seperti permintaan verifikasi ulang yang dikirim melalui email atau pesan instan. Penipu akan menyamar sebagai sistem atau tim dukungan dan meminta pengguna mengkonfirmasi kedua akun mereka sekaligus—memberi celah tambahan untuk pencurian data lebih lanjut.
Untuk mencegahnya, pengguna harus menghindari penggunaan aplikasi tidak resmi untuk keperluan login ganda, serta tidak mudah tergiur dengan janji fitur-fitur yang tidak tersedia di versi resmi aplikasi. Jika memang membutuhkan fitur multi-akun, gunakan opsi bawaan dari aplikasi yang memang menyediakan fungsi tersebut, dan pastikan selalu mengaktifkan autentikasi dua langkah (2FA) untuk setiap akun penting.
Penting juga untuk rutin membersihkan cache, meninjau aktivitas login, dan mencabut akses aplikasi yang mencurigakan. Jangan lupa untuk memperbarui sistem operasi dan aplikasi secara berkala agar terhindar dari celah keamanan yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan digital.
Login ganda di satu HP memang menawarkan kenyamanan, tapi jika dilakukan sembarangan tanpa proteksi yang kuat, bisa berubah menjadi bencana digital yang berlapis. Dalam dunia maya yang semakin kompleks, kemudahan tidak boleh mengorbankan keamanan. Waspadai setiap aplikasi yang menyentuh data Anda—karena kadang, satu sentuhan saja sudah cukup bagi penipu untuk mencuri segalanya.