Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Nomor Tidak Dikenal Minta OTP? Jangan Sekali-Kali Kasih!

114
×

Nomor Tidak Dikenal Minta OTP? Jangan Sekali-Kali Kasih!

Sebarkan artikel ini

Dalam dunia digital saat ini, kode OTP (One Time Password) menjadi salah satu lapisan keamanan paling penting yang digunakan oleh banyak aplikasi, mulai dari perbankan, media sosial, hingga e-commerce. Namun, celah ini justru dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan digital untuk melancarkan penipuan. Salah satu modus yang kini semakin marak adalah penipuan dengan cara meminta OTP melalui nomor yang tidak dikenal.

Modus ini biasanya dimulai dari pesan WhatsApp, SMS, atau bahkan telepon langsung dari seseorang yang mengaku sebagai pihak resmi—seperti dari bank, platform belanja online, penyedia jasa internet, hingga instansi pemerintahan. Pelaku menggunakan nada bicara yang ramah namun meyakinkan, lalu mengatakan bahwa sedang terjadi “aktivitas mencurigakan” atau “kesalahan sistem” di akun korban.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Setelah korban merasa khawatir, pelaku kemudian meminta kode OTP yang baru saja dikirim ke ponsel korban, dengan alasan untuk memverifikasi identitas atau membatalkan transaksi. Padahal, OTP tersebut adalah kunci untuk mengambil alih akun korban—baik itu rekening bank digital, akun e-wallet, akun belanja, bahkan media sosial. Begitu kode diserahkan, akses penuh pun berada di tangan pelaku, dan berbagai transaksi bisa dilakukan tanpa sepengetahuan korban.

Yang membuat modus ini sangat berbahaya adalah karena semua tampak resmi. Pelaku menggunakan logo, bahasa, dan nomor dengan awalan atau nama instansi yang seolah-olah asli. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan menyebutkan sebagian data pribadi korban, seperti nama lengkap dan alamat email, yang membuat percakapan tampak sah.

OTP diciptakan untuk tidak pernah dibagikan kepada siapapun, termasuk kepada pihak yang mengaku dari perusahaan resmi. Banyak aplikasi bahkan mencantumkan peringatan tegas di bawah kode OTP bahwa “jangan berikan kode ini kepada siapa pun.” Sayangnya, dalam kondisi panik atau tergesa, banyak korban yang tidak membaca peringatan tersebut dan langsung mengirimkan kode tersebut ke pelaku.

Dampaknya sangat besar. Uang di e-wallet bisa lenyap, akun bank bisa disalahgunakan, akun WhatsApp bisa diambil alih, hingga akun media sosial bisa digunakan untuk menipu orang lain. Banyak kasus menunjukkan bahwa korban tidak hanya kehilangan uang, tapi juga reputasi dan akses atas identitas digitalnya sendiri.

Untuk menghindari penipuan semacam ini, masyarakat perlu memahami bahwa pihak resmi tidak akan pernah meminta kode OTP melalui telepon, chat, atau SMS. Jika ada yang menghubungi dan meminta OTP, itu hampir bisa dipastikan adalah penipuan. Segera tutup komunikasi tersebut dan laporkan nomor pelaku ke operator atau platform terkait.

Langkah pencegahan lainnya adalah mengaktifkan verifikasi dua langkah (two-factor authentication) di berbagai akun digital. Ini akan menambah lapisan keamanan tambahan dan membuat pelaku kesulitan untuk membobol akun meskipun sudah mendapatkan OTP. Selain itu, selalu pastikan bahwa nomor telepon dan email pribadi Anda tidak tersebar di ruang publik digital secara sembarangan.

Penting juga untuk terus mengedukasi orang terdekat—terutama anak-anak dan orang tua—agar tidak tertipu oleh modus ini. Terkadang, karena tidak tahu apa itu OTP, seseorang bisa dengan mudah menyerahkannya tanpa menyadari risikonya.

Penipuan digital saat ini bukan hanya soal mencuri uang, tapi juga menguasai identitas dan aset digital seseorang. Maka, semakin penting bagi kita semua untuk menumbuhkan kebiasaan berpikir kritis, menjaga data pribadi, dan tidak mudah tergoda oleh komunikasi yang tampak mendesak namun mencurigakan.

Ingat: OTP hanya untuk Anda, bukan untuk dibagi. Jangan biarkan satu kode singkat membuka pintu bagi kerugian besar yang bisa merusak hidup Anda secara finansial dan digital.

Example 468x60

Komentar