Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Penipuan Berkedok Giveaway, Ribuan Orang Tertipu

122
×

Penipuan Berkedok Giveaway, Ribuan Orang Tertipu

Sebarkan artikel ini

Dalam era media sosial yang begitu dinamis, tren giveaway atau bagi-bagi hadiah telah menjadi salah satu cara paling populer untuk menarik perhatian pengguna. Sayangnya, celah ini juga dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab untuk melakukan penipuan. Dengan menyamar sebagai akun populer atau perusahaan ternama, para pelaku membuat giveaway palsu yang menjanjikan hadiah menarik—mulai dari uang tunai, gadget, hingga kendaraan mewah—dengan syarat yang tampaknya mudah. Akibatnya, ribuan orang tertipu setiap tahunnya.

Modus ini dijalankan dengan sangat rapi. Pelaku membuat akun media sosial tiruan yang mirip dengan akun resmi milik artis, tokoh publik, atau brand terkenal. Nama akun biasanya hanya berbeda satu atau dua huruf dari akun asli, sehingga sekilas tampak resmi. Desain visual yang dipakai juga terlihat profesional, lengkap dengan logo dan gaya bahasa khas dari pemilik akun yang ditiru.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Giveaway palsu tersebut diumumkan dengan narasi menggiurkan, misalnya perayaan ulang tahun, syukuran pencapaian followers, atau bentuk apresiasi kepada pengikut setia. Peserta diminta mengikuti beberapa langkah, seperti membagikan postingan, menandai teman, dan mengisi formulir pendaftaran yang mengandung data pribadi. Di tahap akhir, mereka diminta mengirimkan sejumlah uang sebagai “biaya administrasi”, “pajak hadiah”, atau “biaya pengiriman”.

Tidak sedikit peserta yang percaya dan mengirimkan uang, dengan harapan mendapatkan hadiah besar. Setelah uang dikirim, pelaku akan menghilang. Akun giveaway palsu langsung dinonaktifkan atau diblokir agar korban tidak bisa menghubungi lagi. Dalam banyak kasus, korban bahkan merasa malu untuk melapor karena merasa telah tertipu oleh sesuatu yang terlalu bagus untuk jadi kenyataan.

Lebih menyedihkan lagi, penipuan ini tidak hanya menargetkan pengguna biasa. Ada pula korban dari kalangan pelajar, ibu rumah tangga, hingga lansia yang ikut tertipu karena mengira mereka benar-benar mendapatkan rezeki nomplok. Dalam satu kasus, seorang korban sampai meminjam uang demi bisa “mengurus biaya” untuk mendapatkan hadiah palsu yang dijanjikan.

Pelaku memanfaatkan psikologi dasar manusia: antusiasme menerima hadiah dan ketakutan kehilangan kesempatan. Dengan tenggat waktu semu dan narasi “hanya untuk pemenang terpilih”, mereka mendorong korban bertindak cepat tanpa sempat berpikir logis. Ini adalah manipulasi halus yang sangat efektif jika calon korban tidak memiliki kewaspadaan digital yang baik.

Untuk itu, penting bagi masyarakat untuk membekali diri dengan pengetahuan tentang cara membedakan akun resmi dan palsu. Periksa centang biru verifikasi, jumlah pengikut, serta riwayat aktivitas akun. Jangan pernah memberikan data pribadi secara sembarangan, apalagi mengirim uang dalam bentuk apa pun hanya karena dijanjikan hadiah.

Perusahaan dan tokoh publik pun diimbau untuk secara rutin menginformasikan akun resmi mereka dan memperingatkan pengikut tentang adanya akun palsu. Kampanye literasi digital harus terus digalakkan agar masyarakat makin paham bahwa tidak semua yang terlihat menarik di media sosial layak dipercaya begitu saja.

Kasus penipuan berkedok giveaway ini menjadi peringatan bahwa kejahatan digital bisa datang dari hal yang tampaknya menyenangkan. Jika tidak waspada, hadiah impian justru berubah menjadi kerugian nyata. Maka dari itu, sebelum mengikuti giveaway apa pun, pastikan validitasnya dan jangan pernah memberikan uang untuk “hadiah” yang seharusnya gratis.

Example 468x60

Komentar