Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Skema “Sedekah Dapat Uang Balik” Ternyata Investasi Bohong

38
×

Skema “Sedekah Dapat Uang Balik” Ternyata Investasi Bohong

Sebarkan artikel ini

Dalam masyarakat yang religius, nilai-nilai seperti sedekah, berbagi, dan tolong-menolong memiliki tempat yang sangat kuat. Banyak orang percaya bahwa memberi dengan ikhlas akan dibalas berkali-kali lipat oleh Tuhan. Keyakinan ini sejatinya adalah kekuatan sosial yang membangun solidaritas dan kepedulian. Namun, di tangan pihak yang tidak bertanggung jawab, nilai luhur ini justru dijadikan alat untuk menipu. Salah satu bentuk penipuan yang kini marak adalah skema “sedekah dapat uang balik”, yang dikemas sebagai bentuk investasi spiritual — padahal tidak lebih dari jebakan yang dibalut dengan kedok agama.

Skema ini biasanya menyebar melalui media sosial, grup WhatsApp, atau komunitas-komunitas berbasis keagamaan. Pelaku menyampaikan ajakan bersedekah dengan iming-iming balasan duniawi yang cepat dan pasti. Mereka tidak hanya mengutip ayat-ayat suci dan hadis, tetapi juga menyertakan testimoni dari orang-orang yang “sudah membuktikan” keampuhan sedekah mereka: dari yang tiba-tiba mendapat rezeki besar, lunas utang, hingga mendadak naik jabatan setelah ikut program tersebut. Sedekah dalam konteks ini tidak diarahkan ke lembaga resmi atau orang yang membutuhkan, melainkan disetor ke rekening pengelola dengan janji bahwa uang itu akan “didoakan” dan kembali dalam jumlah lebih besar.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Jumlah setoran biasanya bervariasi. Ada yang diminta menyumbang Rp100 ribu, ada pula yang diminta jutaan. Skemanya pun dirancang agar terlihat sistematis, lengkap dengan penjadwalan, istilah “sedekah berantai”, bahkan paket-paket khusus seperti “Sedekah Jumat”, “Sedekah Penglaris”, atau “Sedekah Multilevel” yang mengklaim mampu menggandakan harta dalam waktu singkat. Dalam banyak kasus, pelaku juga mengklaim sebagai ustaz, tokoh spiritual, atau pemuka agama yang “membimbing” sedekah ini dengan ritual tertentu, menambah aura mistik yang membuat korban kian yakin.

Namun kenyataannya, uang yang masuk tidak pernah kembali. Bahkan tidak jelas ke mana dana itu disalurkan. Tidak ada laporan distribusi sedekah, tidak ada penerima manfaat yang nyata, dan tidak ada transparansi sama sekali. Ketika korban mulai menagih janji, pelaku berdalih bahwa “balasan sedekah itu misteri Tuhan” atau malah menyalahkan korban karena dianggap kurang ikhlas. Dalam kasus yang lebih parah, korban malah disarankan menyumbang lagi agar “energi sedekahnya penuh”, menciptakan lingkaran penipuan yang terus berulang.

Yang paling menyedihkan, korban penipuan ini bukan hanya kehilangan uang, tetapi juga semangat dan kepercayaan pada nilai-nilai kebaikan. Banyak dari mereka adalah orang-orang sederhana yang memang ingin berbagi, namun disesatkan oleh manipulasi yang mengeksploitasi harapan spiritual. Mereka yang baru mengenal agama secara lebih mendalam atau sedang dalam situasi sulit secara ekonomi pun sangat rentan dijadikan target.

Skema ini begitu berbahaya karena menyamarkan motif keuntungan di balik simbol-simbol kesalehan. Pelaku tidak sekadar mengambil uang, tapi merusak pemahaman tentang ibadah. Mereka menjadikan sedekah — yang seharusnya bebas dari syarat duniawi — sebagai alat transaksi, padahal tidak ada satu pun ajaran agama yang membenarkan hal itu. Sedekah adalah bentuk keikhlasan, bukan jalan pintas menuju kekayaan.

Lebih ironis lagi, banyak korban yang justru merasa bersalah dan enggan melapor karena mengira mereka memang tidak pantas menerima balasan. Rasa malu, takut dianggap kurang beriman, atau takut dinilai buruk oleh sesama komunitas membuat banyak penipuan ini berjalan mulus tanpa perlawanan. Pelaku pun makin leluasa memperluas jaringannya ke daerah lain, menyasar kelompok baru, dan menyebarkan skema lama dengan wajah baru.

Masyarakat harus lebih kritis terhadap ajakan-ajakan spiritual yang menyertakan janji keuntungan materi secara pasti. Sedekah sejatinya tidak perlu dimediasi oleh “agen” dengan janji balasan instan. Jika ingin bersedekah, lakukan secara langsung, melalui lembaga resmi, atau kepada orang yang benar-benar membutuhkan. Tidak perlu percaya pada narasi “uangmu akan kembali berlipat”, karena itu bukan esensi dari amal, melainkan jebakan keserakahan yang dibungkus keimanan palsu.

Skema “sedekah dapat uang balik” adalah cermin bagaimana manipulasi bisa berjalan mulus ketika bersandar pada kepercayaan dan keyakinan. Karena itu, menjaga iman bukan hanya soal ibadah, tapi juga soal menjaga akal sehat dari tipu daya yang mengecoh. Dalam memberi, kita tidak sedang berdagang dengan Tuhan — kita sedang membangun kepekaan dan kepedulian. Maka, jangan biarkan niat baik dirampas oleh tangan-tangan licik yang menjual harapan dalam kemasan religius yang menyesatkan.

Example 468x60

Komentar