Modus penipuan di dunia digital terus berkembang, salah satunya melalui lelang barang mewah online. Tawaran harga miring untuk produk-produk branded kerap menjadi umpan empuk yang membuat banyak orang terjebak tanpa sadar.
Penipuan jenis ini biasanya bermula dari iklan di media sosial atau situs tertentu yang menawarkan lelang barang mewah, seperti tas desainer, jam tangan eksklusif, atau gadget terbaru. Calon korban diminta mendaftar dan mengikuti proses lelang secara daring.
Agar terlihat meyakinkan, pelaku menampilkan foto produk asli, testimoni palsu, dan bahkan bukti transfer seolah-olah lelang tersebut berlangsung dengan sistem yang adil. Korban yang berhasil “menang lelang” kemudian diminta membayar sejumlah uang sebagai pelunasan.
Setelah uang ditransfer, pelaku tiba-tiba menghilang, tidak bisa dihubungi, atau berdalih bahwa barang sedang tertahan di bea cukai. Barang tidak pernah dikirim, dan dana yang telah dibayarkan pun tidak bisa dikembalikan.
Beberapa penipuan lelang juga menggunakan website palsu yang meniru tampilan situs lelang resmi. Korban yang kurang teliti bisa saja memasukkan data pribadi dan keuangan tanpa menyadari bahaya yang mengintai.
Untuk menghindari penipuan ini, penting untuk selalu memverifikasi situs lelang yang digunakan. Pastikan platform tersebut benar-benar resmi, memiliki izin usaha yang jelas, dan menyediakan kontak layanan pelanggan yang bisa dihubungi.
Jangan tergiur dengan harga yang terlalu rendah atau batas waktu penawaran yang terkesan memaksa. Penipu sering menggunakan tekanan waktu agar korban segera membayar tanpa berpikir panjang.
Gunakan metode pembayaran yang aman dan terlindungi, seperti rekening bersama (escrow) atau melalui platform yang menyediakan jaminan pengembalian dana. Hindari transfer langsung ke rekening pribadi yang tidak bisa dilacak.
Masyarakat diimbau untuk lebih berhati-hati dan kritis terhadap penawaran lelang online yang terlalu bagus untuk jadi kenyataan. Menjaga data pribadi dan menelusuri keabsahan platform adalah langkah awal untuk menghindari kerugian di era digital.
