Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Rekaman Suara Disalahgunakan untuk Penipuan

118
×

Rekaman Suara Disalahgunakan untuk Penipuan

Sebarkan artikel ini

Kemajuan teknologi tidak hanya memberikan manfaat, tetapi juga membuka celah baru yang disalahgunakan oleh pelaku kejahatan digital. Salah satu tren penipuan terbaru yang kini mulai meresahkan masyarakat adalah penyalahgunaan rekaman suara untuk melakukan berbagai aksi penipuan. Dengan memanfaatkan potongan suara asli dari seseorang, penipu kini bisa menyamar, memanipulasi percakapan, bahkan menipu orang-orang terdekat dari korban.

Modus ini dimulai dari tindakan sederhana: merekam suara target, baik melalui panggilan telepon, pesan suara di aplikasi, atau bahkan potongan dari media sosial seperti Instagram dan TikTok. Setelah mendapatkan suara tersebut, pelaku kemudian menyusunnya secara digital—dengan potongan kata atau kalimat—atau bahkan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk membuat suara buatan yang terdengar sangat mirip dengan aslinya.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Hasil rekaman suara tiruan itu lalu digunakan dalam berbagai skenario penipuan. Misalnya, pelaku mengirimkan pesan suara ke anggota keluarga korban dan berpura-pura menjadi anak atau saudara yang sedang dalam keadaan darurat. Dalam kondisi panik, keluarga yang menerima pesan suara itu percaya bahwa mereka benar-benar sedang berkomunikasi dengan orang yang dikenal. Pelaku kemudian meminta uang ditransfer secepatnya dengan alasan darurat—seperti kecelakaan, kehilangan dompet, atau situasi hukum yang genting.

Dalam kasus lain, rekaman suara digunakan untuk mengelabui layanan pelanggan, bank, atau sistem verifikasi berbasis suara. Pelaku memutar suara korban untuk melewati sistem keamanan otomatis, lalu mengambil alih akun atau memanipulasi transaksi. Karena suara korban adalah identitas yang sah, sistem tidak mampu mendeteksi bahwa itu adalah hasil rekaman.

Yang lebih mencemaskan adalah, korban dari modus ini bisa sangat beragam, mulai dari masyarakat awam, tokoh publik, hingga pegawai profesional. Bahkan rekaman suara yang tampak tidak berbahaya—seperti ucapan ulang tahun, komentar di video, atau rekaman webinar—bisa dijadikan bahan oleh pelaku untuk menciptakan suara palsu yang meyakinkan.

Penipuan berbasis rekaman suara ini menunjukkan bahwa keamanan digital bukan lagi hanya soal kata sandi atau kode OTP, tapi juga identitas suara. Ini menjadi peringatan bahwa semua bentuk data—baik teks, gambar, video, hingga suara—bisa disalahgunakan jika tidak dijaga dengan hati-hati.

Langkah pencegahan pertama adalah dengan membatasi akses publik terhadap suara pribadi Anda. Hindari membagikan rekaman suara di tempat umum tanpa alasan jelas, dan berhati-hatilah saat merekam pesan suara di aplikasi yang tidak memiliki sistem enkripsi.

Selain itu, jika menerima pesan suara yang tidak biasa dari seseorang yang Anda kenal, jangan langsung percaya. Coba hubungi mereka melalui jalur komunikasi resmi lainnya untuk verifikasi, seperti panggilan video atau nomor telepon utama. Jangan pernah mentransfer uang hanya karena ada suara yang “mirip” dengan orang terdekat Anda.

Pemerintah dan penyedia platform digital juga perlu mengambil langkah nyata. Edukasi publik tentang deepfake audio dan rekayasa suara harus mulai disosialisasikan secara masif. Aplikasi komunikasi perlu menyertakan fitur peringatan saat menerima file audio dari nomor tidak dikenal.

Di era di mana suara bisa dimanipulasi semudah mengedit foto, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan. Jangan hanya percaya pada suara—percaya pada verifikasi. Karena bisa jadi, yang Anda dengar bukanlah orang yang Anda kenal, melainkan jebakan dari pelaku yang sedang memburu celah.

Example 468x60

Komentar