Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Skema MLM Ilegal Kembali Memakan Korban

5
×

Skema MLM Ilegal Kembali Memakan Korban

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Model Multi Level Marketing (MLM) sebenarnya adalah sistem distribusi yang sah dan legal, selama dijalankan dengan prinsip penjualan produk nyata dan bukan perekrutan semata. Namun, di balik citra tersebut, banyak pihak tidak bertanggung jawab yang menyamarkan skema piramida ilegal sebagai MLM, untuk memancing orang bergabung dan menyetor dana dengan janji keuntungan besar. Sayangnya, sistem seperti ini sangat merugikan dan bisa menjadi bencana finansial, terutama bagi mereka yang berada di lapisan bawah rantai jaringan.

Ciri utama dari skema MLM ilegal adalah fokus yang berlebihan pada perekrutan anggota baru, bukan pada penjualan produk atau jasa. Anggota diminta membayar sejumlah uang untuk bergabung, lalu dijanjikan akan mendapat komisi atau bonus dari setiap orang yang berhasil mereka rekrut. Semakin banyak orang yang dibawa masuk, semakin besar potensi keuntungan. Namun, keuntungan ini tidak berasal dari hasil penjualan nyata, melainkan dari uang yang disetor oleh anggota-anggota baru. Ini menciptakan struktur piramida yang hanya menguntungkan mereka yang bergabung di awal, dan secara matematis tidak bisa bertahan dalam jangka panjang.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Bahaya besar dari skema ini terletak pada ilusi legitimasi yang dibangun oleh pelaku. Mereka menciptakan sistem yang tampak profesional: dengan presentasi mewah, pelatihan motivasi, hingga janji pembinaan bisnis jangka panjang. Bahasa yang digunakan pun sangat manipulatif, seperti “bisnis masa depan”, “komunitas pengusaha sukses”, atau “kesempatan langka jadi bos sendiri”. Semua dibungkus agar peserta merasa menjadi bagian dari sesuatu yang besar, padahal fondasinya rapuh dan menyesatkan.

Dalam praktiknya, anggota dipaksa untuk membeli produk secara rutin agar tetap aktif. Produk ini seringkali dijual dengan harga tinggi yang tidak sesuai dengan kualitasnya. Bahkan tak jarang produk tersebut hanya formalitas—tidak memiliki pasar nyata di luar jaringan internal. Penjualan yang dilakukan bukan karena produk dibutuhkan oleh konsumen, tapi karena anggota ingin memenuhi target agar tetap menerima komisi atau mempertahankan peringkat dalam sistem.

Salah satu dampak psikologis yang jarang disadari adalah tekanan sosial dan rasa bersalah yang dialami oleh anggota yang tidak berhasil. Dalam banyak skema MLM ilegal, kegagalan dianggap sebagai kurangnya usaha pribadi, bukan karena sistem yang cacat. Padahal, kenyataannya hanya sebagian kecil dari seluruh peserta yang bisa memperoleh keuntungan—sementara mayoritasnya merugi. Banyak peserta merasa harus mengajak keluarga dan teman dekat bergabung agar tetap dapat bonus, yang pada akhirnya merusak hubungan pribadi saat skema itu gagal.

Dari sisi hukum, skema piramida ini dilarang karena tidak memiliki dasar bisnis yang sehat dan hanya berputar pada sirkulasi uang dari anggota ke anggota. Pemerintah, melalui OJK dan Kementerian Perdagangan, secara tegas menyatakan bahwa sistem yang lebih mengutamakan perekrutan dan biaya keanggotaan ketimbang penjualan produk, termasuk dalam kategori penipuan terselubung. Meski begitu, banyak skema baru bermunculan dengan nama-nama berbeda, membuat masyarakat awam kesulitan membedakan mana yang sah dan mana yang berbahaya.

Kehati-hatian mutlak diperlukan ketika ditawari peluang bisnis yang menjanjikan keuntungan tetap tanpa risiko, atau saat diminta bergabung dengan “komunitas” yang menuntut setoran awal dalam jumlah besar. Jika sistemnya hanya bisa berjalan dengan mencari anggota baru terus-menerus, itu adalah tanda kuat bahwa skema tersebut tidak berkelanjutan dan sangat berisiko merugikan.

Masyarakat perlu diberi pemahaman bahwa bisnis sejati berjalan dengan nilai tambah—baik berupa produk, jasa, atau solusi. Bukan sekadar aliran uang antaranggota. Skema piramida, betapapun dibungkus dengan istilah motivasi, tetap merupakan penipuan sistemik yang hanya memperkaya sebagian kecil orang dengan mengorbankan banyak orang lainnya.

Semakin dini kita mengenali ciri-cirinya, semakin kecil kemungkinan kita menjadi korban. Edukasi dan literasi finansial bukan hanya penting untuk mengelola uang, tetapi juga untuk melindungi diri dari ilusi keuntungan yang tidak pernah nyata.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar