Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Influencer Finansial Promosikan Skema Bodong Lalu Hilang

4
×

Influencer Finansial Promosikan Skema Bodong Lalu Hilang

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Di era digital saat ini, suara influencer bisa jauh lebih didengar daripada lembaga resmi. Terutama di bidang finansial, banyak orang mulai beralih ke konten-konten edukasi dari para influencer di media sosial untuk mencari cara mengatur keuangan, memilih investasi, atau bahkan mencari jalan cepat menuju kebebasan finansial. Sayangnya, tidak semua influencer benar-benar paham atau peduli pada tanggung jawab yang mereka emban. Bahkan sebagian dari mereka justru menjadi perpanjangan tangan skema penipuan, mempromosikan investasi bodong kepada ribuan, bahkan jutaan pengikut mereka — lalu menghilang tanpa jejak saat masalah mulai terkuak.

Modus ini biasanya berawal dari unggahan yang terlihat profesional: video singkat yang menjelaskan cara mendapatkan passive income, tangkapan layar saldo digital yang tampak fantastis, hingga testimonial yang terlihat meyakinkan. Influencer menyebut bahwa mereka telah mencoba platform investasi tertentu dan berhasil mendapatkan keuntungan besar hanya dalam hitungan minggu. Tanpa penjelasan rinci, mereka menambahkan tautan referral, kode promosi, atau mengarahkan pengikut untuk bergabung di grup khusus.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Tak butuh waktu lama, banyak pengikut yang tergiur. Mereka merasa bahwa jika influencer — yang tampak sukses, hidup mapan, dan sering berbagi tips finansial — percaya pada suatu platform, maka itu pasti aman. Lebih-lebih, beberapa influencer menyebutkan bahwa mereka telah “berkolaborasi” dengan perusahaan tersebut, memberi kesan bahwa ini bukan sekadar promosi biasa, tapi kerja sama resmi yang sudah teruji. Bahkan dalam beberapa kasus, influencer mengadakan live session atau webinar bersama pihak “pengelola investasi” untuk memperkuat kredibilitas.

Namun di balik gemerlap konten tersebut, nyatanya tidak ada proses verifikasi, legalitas, atau uji tuntas terhadap platform yang dipromosikan. Influencer hanya dibayar untuk menyebarkan tautan dan mengajak orang bergabung, tanpa benar-benar tahu bagaimana sistem di dalamnya bekerja. Ketika investasi mulai macet, dana tidak bisa ditarik, dan keluhan muncul dari para pengikut, influencer tersebut mendadak menghapus seluruh jejak promosi. Mereka bungkam, menutup kolom komentar, bahkan memblokir akun-akun yang mempertanyakan tanggung jawab mereka.

Situasi ini memperlihatkan ironi besar di dunia keuangan digital: kepercayaan lebih mudah dibangun dengan gaya hidup dan narasi visual, ketimbang rekam jejak atau izin resmi. Banyak korban tidak sadar bahwa apa yang terlihat di media sosial hanyalah bagian dari strategi pemasaran. Mereka tidak tahu bahwa saldo yang ditampilkan bisa dimanipulasi, dan testimoni bisa dibayar. Akhirnya, ketika masalah muncul, tidak ada yang bisa dimintai pertanggungjawaban. Perusahaan yang dipromosikan hilang tanpa bekas, dan influencer-nya lepas tangan dengan dalih “hanya merekomendasikan, bukan menjamin”.

Yang lebih menyakitkan, banyak dari korban merupakan anak muda yang baru mulai mengenal dunia investasi. Mereka mencari alternatif penghasilan, ingin belajar mengelola uang, dan berharap mendapat peluang dari sumber yang dianggap kredibel. Alih-alih mendapat pelajaran positif, mereka justru kehilangan uang, semangat, dan rasa percaya diri. Bahkan beberapa dari mereka enggan lagi menyentuh dunia investasi, karena trauma telah ditipu oleh sosok yang selama ini mereka kagumi.

Fenomena ini mengajarkan bahwa di era digital, kritisisme adalah benteng pertama dari penipuan. Tak peduli seberapa terkenal atau meyakinkan seorang influencer, setiap klaim tentang produk keuangan harus dicek kebenarannya. Legalitas platform, izin dari otoritas, dan transparansi operasional jauh lebih penting daripada gaya bicara, kualitas video, atau jumlah pengikut.

Tanggung jawab tidak hanya ada di pundak influencer, tetapi juga pada masyarakat yang mengonsumsi informasi. Kita harus belajar untuk tidak langsung percaya pada tampilan luar, dan mulai mempertanyakan hal-hal penting: Siapa yang mengawasi platform ini? Apakah dana investor dijamin? Bagaimana mekanisme kerja sistemnya? Tanpa pertanyaan semacam ini, kita akan selalu rentan terhadap manipulasi, tidak peduli seberapa sering kita mendengar istilah “cuan”, “passive income”, atau “pasti untung”.

Promosi skema bodong oleh influencer bukan sekadar kelalaian, melainkan bentuk nyata dari pengkhianatan terhadap kepercayaan publik. Maka sudah saatnya kita menilai seseorang bukan dari seberapa sering mereka bicara tentang uang, tapi seberapa bertanggung jawab mereka dalam menjaganya. Karena dalam dunia digital, satu klik bisa membuka jalan rezeki — atau justru menuju kerugian yang tak terbayangkan.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar