Webinar bertema keuangan dan investasi kini menjadi sarana edukasi yang digemari masyarakat luas. Di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya literasi finansial, banyak orang mencari pengetahuan dari berbagai sumber daring, termasuk seminar virtual atau webinar finansial. Sayangnya, tren positif ini justru dimanfaatkan oleh pelaku penipuan yang menyamar sebagai mentor investasi atau narasumber ahli dengan identitas palsu. Webinar pun dijadikan panggung untuk memikat calon korban dan menjebak mereka dalam skema penipuan terselubung.
Modus ini biasanya dimulai dengan promosi masif melalui media sosial, pesan berantai, atau iklan daring. Webinar yang ditawarkan sering kali bertema menarik, seperti “Cara Cepat Mencapai Kebebasan Finansial”, “Rahasia ROI Tinggi dalam 3 Bulan”, atau “Cara Investasi Syariah dengan Modal Ringan”. Poster promosi menampilkan narasumber yang diklaim sebagai investor sukses, mantan bankir, atau pakar ekonomi yang pernah tampil di media ternama.
Saat webinar berlangsung, suasana dibuat profesional dan meyakinkan. Ada tampilan slide, grafik pertumbuhan aset, dan testimoni dari peserta sebelumnya (yang ternyata palsu atau hasil rekayasa). Narasumber menjelaskan berbagai teori investasi, menyisipkan jargon keuangan, dan berbicara seolah memiliki pengalaman puluhan tahun. Padahal, identitas mereka tidak dapat diverifikasi, dan sering menggunakan nama samaran atau gelar palsu yang tidak bisa dilacak.
Puncak dari penipuan terjadi ketika di akhir sesi, peserta ditawari “kesempatan eksklusif” untuk mengikuti program lanjutan, seperti investasi privat, kelas premium, atau skema pendanaan bisnis. Peserta yang tertarik diminta mentransfer sejumlah uang sebagai tanda jadi, biaya pendaftaran, atau modal awal. Iming-imingnya sangat menggoda: ROI tinggi, waktu pengembalian singkat, dan bimbingan pribadi dari sang “mentor”.
Setelah uang ditransfer, pelaku perlahan menghilang. Grup komunikasi ditutup, nomor tidak bisa dihubungi, dan akun media sosial yang digunakan untuk promosi lenyap tanpa jejak. Banyak korban yang bahkan merasa malu untuk melapor karena sebelumnya ikut mempromosikan webinar tersebut kepada kerabat atau teman.
Penipuan berkedok webinar ini berbahaya karena membungkus skema tipuan dalam kemasan edukatif. Ia memanfaatkan celah kepercayaan publik terhadap dunia pendidikan dan profesionalisme daring. Bahkan tak jarang pelaku menggunakan platform resmi webinar dan aplikasi populer agar terlihat kredibel di mata peserta.
Untuk menghindari jebakan seperti ini, masyarakat harus bersikap kritis terhadap siapa pun yang mengaku sebagai pakar keuangan. Verifikasi identitas narasumber, cek rekam jejaknya di media yang terpercaya, dan hindari seminar yang terlalu menekankan janji kekayaan cepat. Webinar edukatif yang benar tidak akan mendorong peserta untuk menyetor uang dalam kondisi tergesa-gesa atau dengan tekanan psikologis seperti “penawaran hanya berlaku malam ini”.
Jika ingin belajar soal keuangan, cari sumber yang resmi—seperti lembaga pelatihan terakreditasi, universitas, atau profesional yang memiliki izin dari OJK, CFP (Certified Financial Planner), atau asosiasi keuangan lainnya. Jangan segan untuk membandingkan informasi dari berbagai sumber sebelum mengambil keputusan.
Webinar seharusnya menjadi alat edukasi, bukan jebakan keuangan. Maka, hadirilah dengan pikiran terbuka, tapi tetap kritis. Pengetahuan tidak bisa dibeli secara instan, dan kekayaan sejati tidak datang dari jebakan “mentor palsu” yang hanya piawai menjual mimpi.