Di tengah maraknya tren trading dan investasi otomatis, banyak masyarakat mulai tertarik pada robot trading—sistem berbasis algoritma yang diklaim bisa menghasilkan keuntungan secara otomatis tanpa harus memantau pasar setiap saat. Fenomena ini kemudian dijadikan celah oleh penipu yang menciptakan influencer palsu untuk mempromosikan robot trading fiktif, yang ujung-ujungnya hanya menjebak korban untuk menyetorkan uang dalam skema penipuan digital.
Modus ini biasanya dimulai dari kemunculan akun media sosial dengan tampilan meyakinkan. Influencer tersebut mengaku sebagai trader sukses yang telah menghasilkan puluhan hingga ratusan juta rupiah hanya dengan menggunakan robot trading tertentu. Akun tersebut dipenuhi dengan unggahan testimoni, tangkapan layar saldo rekening, grafik pertumbuhan aset, serta gaya hidup mewah yang sengaja dipamerkan untuk membangun kredibilitas. Sayangnya, semua konten itu hanyalah manipulasi visual—hasil editan atau curian dari sumber lain.
Pengikut akun tersebut kemudian mulai “dipancing” untuk ikut mencoba sistem yang dipakai oleh sang influencer. Mereka akan diarahkan untuk membeli lisensi robot trading dengan harga jutaan rupiah, disertai janji bahwa setelah aktivasi, sistem akan langsung bekerja 24 jam dan memberikan profit harian. Beberapa pelaku bahkan menyertakan skema referral, sehingga pengguna juga diberi imbalan jika berhasil mengajak orang lain untuk membeli.
Pada awalnya, sistem akan memunculkan angka-angka profit yang tampak realistis di dashboard pengguna. Namun sebenarnya, tidak ada aktivitas trading yang nyata. Sistem tersebut hanyalah simulasi yang diciptakan untuk menipu. Ketika pengguna ingin menarik keuntungan atau modal awalnya, berbagai alasan mulai muncul: proses verifikasi yang lama, sistem sedang error, atau ada biaya tambahan yang harus dibayar terlebih dahulu.
Lambat laun, akses ke platform tertutup sepenuhnya dan akun influencer menghilang dari media sosial. Korban baru menyadari bahwa robot trading yang dibeli tidak pernah benar-benar ada, dan uang yang mereka investasikan telah dibawa kabur oleh pelaku.
Penipuan ini sulit dideteksi karena pelaku memanfaatkan daya tarik sosial dari dunia influencer. Banyak pengguna media sosial yang percaya begitu saja pada apa yang mereka lihat, tanpa melakukan riset atau verifikasi. Padahal, robot trading yang sah harus memiliki dokumentasi teknis yang jelas, legalitas dari otoritas terkait, serta bukti kinerja yang bisa diaudit.
Untuk menghindari penipuan semacam ini, masyarakat harus memahami bahwa tidak ada sistem trading otomatis yang bisa menjanjikan keuntungan pasti tanpa risiko. Jika ada pihak yang mengklaim bahwa sistemnya tidak pernah rugi, selalu untung, atau bisa menghasilkan profit besar dalam waktu singkat, maka itu adalah peringatan yang jelas.
Sebelum memutuskan membeli atau menggunakan robot trading, periksa legalitas penyedianya. Apakah terdaftar di Bappebti? Apakah platform broker yang digunakan memiliki izin resmi? Jangan hanya terpaku pada testimoni dari akun media sosial, apalagi yang tidak bisa dilacak identitas aslinya.
Penipuan berkedok influencer dan robot trading menunjukkan bahwa penampilan meyakinkan di dunia maya bukan jaminan kebenaran. Di balik akun penuh gaya, bisa saja tersimpan niat jahat. Maka, selalu prioritaskan logika, verifikasi, dan kehati-hatian sebelum menyetorkan dana untuk sesuatu yang belum terbukti sah dan aman.