Pangandaran, 5 Juli 2025 – Fenomena kenakalan remaja dan keterlibatan mereka dalam tindak kriminalitas masih menjadi isu yang meresahkan. Namun, pencegahannya tak melulu bergantung pada aparat penegak hukum. Kontrol sosial dan peran lingkungan yang kuat, mulai dari keluarga, sekolah, hingga masyarakat, terbukti menjadi benteng utama dalam membendung perilaku menyimpang di kalangan generasi muda.
Kontrol sosial merujuk pada mekanisme yang menjaga individu agar tetap mematuhi norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Dalam konteks remaja, ini berarti pengawasan dan bimbingan yang konsisten dari orang tua, guru, tokoh masyarakat, bahkan teman sebaya. Ketika remaja merasa diperhatikan, dihargai, dan memiliki batasan yang jelas, mereka cenderung lebih patuh pada norma dan menghindari perilaku berisiko.
Sementara itu, lingkungan yang kondusif memainkan peran krusial. Lingkungan keluarga yang harmonis, penuh kasih sayang, dan komunikasi terbuka menjadi fondasi utama. Di sekolah, lingkungan yang mendukung, guru yang peduli, serta kurikulum yang relevan dapat membentuk karakter positif remaja. Di tingkat masyarakat, keberadaan fasilitas positif seperti pusat kegiatan pemuda, lapangan olahraga, atau komunitas kreatif, memberikan saluran bagi energi remaja untuk berkembang ke arah yang benar.
Kegiatan positif seperti klub olahraga, organisasi keagamaan, atau kelompok seni dapat mengalihkan perhatian remaja dari hal-hal negatif. Lingkungan yang aktif mengedukasi bahaya narkoba, bullying, atau tawuran, serta memberikan ruang bagi remaja untuk menyalurkan potensi, akan secara signifikan mengurangi risiko kenakalan dan kriminalitas.
Oleh karena itu, upaya pencegahan kenakalan dan kriminalitas remaja harus melibatkan semua pihak. Keluarga harus menjadi benteng pertama, sekolah sebagai rumah kedua, dan masyarakat sebagai jaring pengaman sosial. Dengan memperkuat kontrol sosial dan menciptakan lingkungan yang sehat, kita dapat membimbing remaja untuk tumbuh menjadi individu yang produktif dan jauh dari perilaku menyimpang.