Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Akun Jualan Diretas, Pembeli Jadi Korban Ganda

2
×

Akun Jualan Diretas, Pembeli Jadi Korban Ganda

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Di tengah maraknya transaksi online, akun media sosial penjual menjadi aset digital yang sangat berharga. Tak hanya sebagai etalase produk, akun-akun ini juga menjadi jembatan kepercayaan antara penjual dan pembeli. Namun belakangan, semakin banyak kasus peretasan akun jualan yang menyebabkan kerugian berlipat. Korban bukan hanya pemilik akun, tapi juga para pembeli yang tanpa sadar bertransaksi dengan penipu yang telah mengambil alih akun tersebut.

Modus ini diawali dengan peretasan akun jualan—baik akun Instagram, Facebook, maupun akun marketplace. Pelaku biasanya mendapatkan akses melalui phishing, tautan jebakan, atau dengan menebak kata sandi yang lemah. Setelah berhasil masuk, mereka mengubah email, nomor pemulihan, bahkan mengganti nama pengguna agar pemilik asli kehilangan kendali sepenuhnya. Dengan tampilan yang masih sama dan riwayat penjualan yang terlihat nyata, akun tersebut kemudian digunakan untuk melancarkan aksi penipuan.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Pelaku kemudian mengunggah postingan diskon besar-besaran, clearance sale, atau promo terbatas yang memancing pembeli melakukan transfer secepatnya. Karena mengira akun tersebut masih dikelola oleh penjual terpercaya, pembeli dengan mudah tergiur dan menyetorkan uang sesuai harga yang ditawarkan. Tak jarang, penipu menyuruh korban mengirimkan bukti transfer dan data pribadi seperti alamat lengkap dan nomor telepon, yang kemudian disalahgunakan lebih lanjut.

Sementara itu, pemilik akun asli sering kali baru menyadari peretasan ketika mendapatkan laporan dari pelanggan atau saat mereka sendiri tak bisa lagi mengakses akunnya. Sayangnya, proses pemulihan akun tidak selalu mudah, terutama jika pelaku telah mengganti semua data verifikasi. Bahkan dalam beberapa kasus, akun yang diretas sudah dijual ke pihak ketiga atau digunakan untuk aksi penipuan lintas kota atau lintas negara.

Kondisi ini menyebabkan kerugian berlapis. Pemilik akun kehilangan kepercayaan pelanggan dan reputasi bisnis yang telah dibangun lama. Sedangkan pembeli merasa tertipu, kehilangan uang, dan kecewa karena menganggap penjual asli yang bersalah. Beberapa korban bahkan melakukan laporan balik ke penjual yang sebenarnya juga menjadi korban dari modus ini.

Yang menyedihkan, banyak penipu menggunakan pendekatan emosional untuk mempercepat aksi mereka. Mereka berpura-pura sedang sakit, terdesak kebutuhan, atau akan segera tutup toko jika produk tidak segera dibeli. Semua itu dilakukan agar pembeli tidak sempat curiga dan langsung mentransfer uang tanpa berpikir panjang.

Untuk mencegah kejadian serupa, penting bagi pelaku usaha online untuk mengamankan akun jualan mereka dengan sistem keamanan berlapis, seperti penggunaan autentikasi dua faktor (2FA), pemantauan login mencurigakan, dan pengelolaan kata sandi yang kuat serta rutin diperbarui. Hindari login di perangkat umum dan jangan pernah mengklik tautan mencurigakan yang dikirim via DM atau email.

Bagi pembeli, penting untuk selalu mengecek ulang keaslian akun penjual, terutama ketika ada penawaran yang terlalu menggiurkan. Jangan ragu untuk menghubungi penjual lewat jalur komunikasi alternatif atau mengecek ulasan terbaru. Gunakan metode pembayaran yang lebih aman seperti escrow atau rekening bersama jika memungkinkan.

Di balik kemudahan transaksi online, tersembunyi tantangan keamanan yang kian kompleks. Jangan biarkan kelengahan membuka celah bagi penipu untuk merugikan dua pihak sekaligus—penjual dan pembeli. Kesadaran digital harus menjadi bagian dari etika jual beli di era modern.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar