Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Grup Alumni Palsu Dijadikan Sarana Minta Transfer Darurat

3
×

Grup Alumni Palsu Dijadikan Sarana Minta Transfer Darurat

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Koneksi lama sering kali menjadi sumber rasa percaya yang sangat kuat. Ketika seseorang menyapa dengan menyebut nama sekolah, kampus, atau angkatan yang sama, kita cenderung membuka diri, merespons hangat, dan merasa aman untuk kembali terhubung. Celah psikologis inilah yang kini dieksploitasi dalam modus penipuan digital dengan skema grup alumni palsu yang berujung pada permintaan transfer darurat.

Modus ini dimulai dengan pembuatan grup WhatsApp atau Telegram yang mengaku sebagai wadah reuni atau forum komunikasi alumni. Nama grup dibuat sangat meyakinkan, seperti “Alumni SMA 2007”, “Angkatan 2010 BKI”, atau “Kumpul Bareng Alumni Teknik U”. Pelaku mencantumkan logo sekolah, foto angkatan, bahkan daftar nama generik yang biasa dipakai dalam satu angkatan, lengkap dengan sapaan khas masa sekolah.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Pelaku mengundang sejumlah nomor tak dikenal yang diduga masuk rentang usia atau daerah yang sesuai. Begitu banyak orang yang tertarik dan menerima undangan tanpa curiga, karena merasa itu bisa jadi teman lama yang memang ingin membangun kembali komunikasi.

Setelah grup mulai aktif dan suasana terbangun, pelaku atau rekan satu komplotan yang berpura-pura menjadi alumni, tiba-tiba membuat cerita penuh keprihatinan. Mereka mengaku sedang dalam kondisi darurat: kecelakaan keluarga, dompet hilang saat perjalanan, anak masuk rumah sakit, atau sedang kehabisan uang di luar kota. Permintaan tolong pun dilontarkan—bukan dalam bentuk pinjaman formal, tetapi permintaan transfer mendadak karena situasi “gawat”.

Yang menjadi jebakan utama adalah penggunaan emosi dan kecepatan. Pelaku memohon agar bantuan dikirim secepat mungkin, sebelum ada waktu untuk berpikir atau mengecek kebenaran ceritanya. Beberapa akun palsu lain dalam grup mendukung cerita tersebut, memberi komentar seperti “Saya sudah bantu”, “Ini beneran urgent, bantu ya”, atau “Saya juga transferin barusan.”

Korban yang merasa ini teman satu angkatan—apalagi jika namanya cukup familiar atau wajahnya mirip dengan ingatan lama—akan tergerak membantu. Banyak yang mentransfer uang karena merasa malu jika tak peduli, atau takut menjadi satu-satunya yang tidak ikut menolong.

Namun setelah uang ditransfer, pelaku menghilang. Grup dibubarkan atau ditinggalkan, dan semua kontak menjadi tak aktif. Baru kemudian korban menyadari bahwa grup tersebut bukan dikelola oleh alumni asli, melainkan skema penipuan yang merancang lingkungan palsu agar permintaan transfer tampak meyakinkan.

Penipuan ini sangat berbahaya karena menyusup ke dalam lingkaran sosial yang sangat personal. Ia tidak hanya mencuri uang, tapi juga merusak rasa percaya terhadap jaringan alumni yang sebenarnya bisa menjadi tempat kolaborasi dan solidaritas nyata.

Untuk mencegah hal ini, ada beberapa langkah penting. Pertama, jangan langsung percaya dengan grup alumni yang tiba-tiba muncul. Verifikasi admin grup dan anggota lainnya melalui saluran pribadi atau media sosial resmi. Kedua, jika ada permintaan transfer uang, segera lakukan pengecekan mandiri—hubungi pihak yang bersangkutan di luar grup atau tanyakan ke rekan lain apakah mereka juga menerima informasi yang sama.

Ketiga, waspadai jika dalam grup ada tekanan untuk segera mengirim uang tanpa waktu berpikir. Penipuan sering kali menciptakan suasana tergesa-gesa agar korban tidak sempat berpikir kritis. Keempat, simpan bukti transfer dan percakapan sebagai dokumen jika perlu dilaporkan ke pihak berwajib.

Alumni adalah bagian dari perjalanan hidup kita, tempat kenangan dibangun dan jaringan diperluas. Jangan biarkan kehangatan itu dirusak oleh orang-orang yang dengan licik mengubahnya menjadi jebakan keuangan. Kepercayaan bisa dibangun kembali jika komunitas tetap waspada dan saling melindungi satu sama lain dari kejahatan digital.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar