Program afiliasi menjadi salah satu metode populer dalam dunia digital marketing saat ini. Banyak orang tertarik bergabung karena iming-iming penghasilan tambahan dengan cara yang dianggap mudah: cukup membagikan tautan dan mendapatkan komisi dari setiap transaksi. Namun, di balik tren ini, bermunculan pula penipuan yang menyamar sebagai program afiliasi, terutama yang meminta bayaran di awal tanpa memberikan bukti sistem yang jelas. Pelaku memanfaatkan ketidaktahuan dan keinginan masyarakat untuk memperoleh penghasilan cepat dari internet.
Modus penipuan ini sering kali datang dalam bentuk iklan di media sosial atau pesan pribadi dari akun yang tampaknya profesional. Mereka menawarkan kesempatan menjadi affiliate dari sebuah “perusahaan besar” atau “produk viral” dengan janji komisi tinggi. Korban diminta membayar sejumlah uang sebagai biaya pendaftaran atau lisensi untuk bisa mendapatkan akses ke dashboard afiliasi mereka. Tak jarang pula dijanjikan pelatihan atau tools eksklusif yang tidak pernah benar-benar ada.
Setelah membayar, korban akan diarahkan ke platform yang terlihat seadanya, atau bahkan hanya menerima tautan referral tanpa informasi detail apa pun. Tidak ada transparansi terkait sistem pelacakan komisi, siapa yang membeli lewat tautan mereka, atau bagaimana dan kapan pembayaran dilakukan. Sebagian besar korban bahkan tidak pernah menerima komisi sepeser pun, atau hanya menerima uang awal kecil sebagai “umpan”, sebelum akhirnya ditinggal oleh pelaku.
Penawaran afiliasi palsu biasanya memiliki ciri-ciri mencurigakan yang bisa dikenali sejak awal. Misalnya, tidak memiliki situs resmi atau hanya menggunakan landing page gratisan yang tidak profesional. Konten promosinya juga cenderung berlebihan, penuh janji keuntungan besar dalam waktu singkat, serta menampilkan testimoni yang sulit diverifikasi. Gambar-gambar keberhasilan peserta juga biasanya diambil dari internet tanpa izin atau sumber jelas.
Berbeda dengan program afiliasi resmi dari perusahaan besar, yang tidak pernah mengenakan biaya pendaftaran dan memberikan sistem pelaporan yang transparan, skema penipuan ini menjebak korban dengan menekankan urgensi dan eksklusivitas. Kalimat seperti “Kesempatan terbatas,” atau “Hanya untuk 100 orang pertama” sering digunakan untuk mendorong korban segera membayar tanpa sempat berpikir panjang atau melakukan pengecekan latar belakang.
Korban penipuan afiliasi ini berasal dari berbagai kalangan—dari mahasiswa, ibu rumah tangga, hingga karyawan yang ingin mencari penghasilan tambahan. Karena sering kali nominal awalnya tergolong kecil, banyak yang tidak melaporkan kejadian ini secara resmi, sehingga skema ini terus berkembang tanpa mendapat perhatian serius dari otoritas atau publik secara luas. Bahkan ada yang baru menyadari ditipu setelah melihat banyak orang lain mengalami hal serupa di forum diskusi online.
Untuk menghindarinya, penting untuk tidak terburu-buru tergiur peluang penghasilan online, terutama jika harus membayar terlebih dahulu. Pastikan Anda hanya bergabung dengan program afiliasi yang memiliki reputasi baik dan informasi yang mudah diverifikasi. Cari tahu apakah perusahaan tersebut memiliki riwayat kerja sama dengan brand besar, ulasan dari peserta sebelumnya, serta sistem pembayaran yang dapat dilacak.
Jika Anda ragu, cobalah menghubungi layanan konsumen resmi atau periksa apakah perusahaan tersebut terdaftar di lembaga terkait, seperti Kominfo atau asosiasi perdagangan digital. Jangan ragu juga untuk bertanya langsung kepada komunitas afiliasi digital yang terpercaya, atau memanfaatkan forum dan grup diskusi publik sebagai tempat bertukar pengalaman.
Langkah terbaik melindungi diri dari skema semacam ini adalah dengan mengedepankan logika dan kehati-hatian dalam menerima penawaran apa pun secara online. Ingat, tidak ada jalan pintas menuju penghasilan yang stabil tanpa kerja keras, strategi yang jelas, dan sistem yang transparan. Setiap kali Anda diminta membayar untuk “peluang” yang belum jelas, anggap itu sebagai sinyal merah.
Afiliasi bisa menjadi sumber pendapatan yang sah dan menguntungkan jika dilakukan dengan benar. Namun, jika dimulai dengan janji besar tanpa dasar yang jelas, bisa jadi itu bukan peluang, melainkan jebakan yang menyamar sebagai kesuksesan.
