Salah satu ciri khas dari penipuan investasi terselubung adalah iming-iming Return on Investment (ROI) yang terlalu tinggi dan tidak masuk akal. Janji keuntungan 20% per bulan secara konsisten, tanpa risiko, sering kali menjadi umpan yang sangat menggoda, terutama bagi investor pemula yang belum memahami prinsip dasar investasi. Padahal, skema semacam ini hampir selalu berujung pada satu hal: uang tidak kembali.
Pelaku menggunakan berbagai bentuk komunikasi untuk menjangkau calon korban—mulai dari media sosial, grup pesan instan, hingga seminar finansial online. Mereka menyampaikan bahwa dana yang ditanam akan dikelola oleh tim profesional di bidang saham, forex, kripto, atau proyek bisnis tertentu. Dengan nada meyakinkan, mereka menunjukkan grafik pertumbuhan, testimoni, dan tangkapan layar yang tampak nyata tentang dana yang konon sudah berkembang pesat.
Pada tahap awal, pelaku memang kerap membayar “bunga” atau keuntungan kepada investor pertama. Hal ini dimaksudkan agar korban merasa percaya dan bahkan mengajak teman atau keluarganya untuk ikut berinvestasi. Inilah yang membuat skema ini tampak berjalan lancar—karena pembayaran awal tersebut sebenarnya berasal dari dana korban lain, bukan dari hasil kegiatan usaha riil.
Namun seiring waktu, pelaku mulai memperlambat pembayaran, memberikan berbagai alasan seperti gangguan sistem, audit internal, atau perubahan regulasi. Hingga pada akhirnya, semua komunikasi terputus, platform tidak bisa diakses, dan dana yang sudah disetor pun raib tanpa bekas.
Modus ini merupakan bentuk klasik dari skema ponzi, di mana uang investor baru digunakan untuk membayar investor lama. Selama terus ada korban baru, skema ini akan berjalan. Tapi ketika aliran dana baru berhenti, sistem akan runtuh dan korban tidak punya harapan untuk mendapatkan kembali dana mereka.
Untuk melindungi diri dari penipuan ini, masyarakat perlu memahami bahwa ROI tinggi dengan iming-iming tanpa risiko adalah indikator utama investasi bodong. Dalam dunia investasi yang sehat dan sah, keuntungan tinggi selalu sebanding dengan risiko tinggi, dan tidak ada jaminan pasti.
Sebelum menanamkan dana, penting untuk memverifikasi legalitas perusahaan atau platform investasi ke lembaga yang berwenang seperti OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Periksa apakah mereka memiliki izin resmi dan diawasi oleh regulator. Jangan mudah tergiur oleh testimoni di media sosial atau tawaran dari orang yang mengaku “sudah cuan besar”.
Investasi yang baik membutuhkan edukasi, kesabaran, dan perencanaan jangka panjang. Jika sebuah tawaran terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, kemungkinan besar memang itu bukan kenyataan. Hindari menyesal dengan tetap kritis, waspada, dan tidak tergesa-gesa menaruh uang dalam janji yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.