Fenomena komunitas relawan menjadi bagian penting dalam membangun solidaritas sosial, terutama saat terjadi bencana atau krisis kemanusiaan. Namun, celah ini justru dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab dengan menciptakan komunitas relawan palsu yang rutin mengadakan open donasi setiap minggu, padahal tidak pernah ada aksi nyata yang mereka lakukan.
Modus ini sering terlihat meyakinkan. Penipu membuat akun media sosial dengan nama komunitas yang terdengar islami, sosial, atau kemanusiaan. Logo dibuat menyerupai lembaga resmi, dan unggahan dipenuhi dengan konten-konten yang menyentuh hati seperti dokumentasi anak-anak kecil, orang sakit, atau warga terdampak bencana. Setiap minggu, mereka membuka penggalangan dana baru, lengkap dengan narasi kasus dan kebutuhan mendesak, serta nomor rekening atas nama pribadi atau akun dompet digital.
Yang membuat modus ini tampak kredibel adalah konsistensi unggahan mereka. Tiap akhir pekan, akun akan memposting poster donasi baru dengan desain menarik, mencantumkan jumlah target dana, dan membagikan “laporan donasi” berupa angka yang tidak bisa diverifikasi. Foto-foto kegiatan bantuan yang mereka tampilkan pun sering diambil dari kegiatan organisasi lain atau dari internet tanpa izin.
Karena tampilannya profesional dan kegiatannya tampak rutin, banyak orang tertarik menjadi donatur tetap. Bahkan tak sedikit yang ikut membantu menyebarkan informasi donasi tanpa menyadari bahwa yang mereka dukung adalah komunitas fiktif. Dalam beberapa kasus, akun relawan palsu ini juga bekerja sama dengan akun bot atau komentar otomatis untuk menambah kesan ramai dan terpercaya.
Namun, tidak ada dokumentasi nyata dari kegiatan distribusi bantuan. Saat ditanya bukti transfer ke penerima bantuan atau laporan keuangan terperinci, pengelola akun akan menghindar, menghapus komentar, atau memblokir akun yang mempertanyakan. Begitu mulai banyak yang curiga, mereka akan menutup akun dan berganti nama komunitas untuk memulai ulang dari awal.
Untuk menghindari jebakan seperti ini, masyarakat perlu lebih berhati-hati dalam memilih tempat berdonasi. Beberapa langkah yang bisa dilakukan:
- Periksa apakah komunitas tersebut memiliki legalitas resmi atau terdaftar di lembaga pengawasan.
- Cari bukti dokumentasi kegiatan secara transparan, bukan hanya dalam bentuk poster dan angka.
- Pastikan rekening tujuan adalah atas nama organisasi, bukan perorangan.
- Tanyakan laporan penggunaan dana secara terbuka dan masuk akal.
Relawan sejati bekerja dengan transparansi, akuntabilitas, dan itikad baik. Jika suatu komunitas hanya muncul saat butuh dana, tetapi tidak pernah menunjukkan bukti nyata dari aksi sosialnya, maka patut dicurigai sebagai penipuan terselubung. Mari tingkatkan kepedulian kita dengan tetap berpikir kritis—karena menolong harus dilakukan dengan hati, bukan dengan mata tertutup.