Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Pelaku Gunakan Foto Candid dan DM Massal untuk Rayu Korban

2
×

Pelaku Gunakan Foto Candid dan DM Massal untuk Rayu Korban

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Di tengah era media sosial yang kian terbuka, potret keseharian seseorang bisa dengan mudah tersebar dan dilihat siapa pun. Tanpa disadari, foto yang diunggah secara publik—baik saat nongkrong, di tempat kerja, maupun di ruang publik—dapat dimanfaatkan oleh pihak tak bertanggung jawab untuk kepentingan pribadi. Salah satu modus yang kini mulai merebak adalah penggunaan foto candid sebagai umpan untuk merayu dan menjebak korban lewat pesan langsung atau direct message (DM) massal.

Modus ini biasanya dimulai dari aktivitas pelaku yang mengamati akun-akun publik, khususnya milik perempuan muda atau orang yang sering mengunggah foto di tempat umum. Tanpa izin, pelaku menyimpan foto tersebut, lalu membuat narasi manipulatif untuk memulai interaksi. Dalam banyak kasus, pelaku akan mengirim DM dengan kalimat seperti, “Kamu kemarin di kafe X ya? Aku sempat lihat kamu tapi nggak berani nyapa,” atau “Aku iseng fotoin kamu karena kamu cantik banget, jangan marah ya.”

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Tujuan pelaku mengirim pesan semacam itu bukan sekadar mencari perhatian, tetapi untuk memancing respons emosional korban—rasa malu, kaget, bahkan takut. Beberapa korban justru terpancing rasa penasaran dan membalas pesan tersebut. Di sinilah pelaku mulai masuk lebih dalam, memperkenalkan diri, berpura-pura tertarik, lalu membangun komunikasi intens.

Setelah komunikasi berjalan, pelaku perlahan-lahan menjerat korban. Mereka mulai meminta informasi pribadi, menawarkan pertemuan, atau bahkan mengajak menjalin hubungan lebih serius. Dalam skenario yang lebih jahat, pelaku bisa beralih menjadi pemeras—mengancam akan menyebarkan foto candid yang mereka simpan jika korban menolak menuruti permintaan. Permintaan tersebut bisa berupa uang, foto pribadi, atau tindakan lain yang merugikan korban secara psikologis dan material.

Yang lebih mengejutkan, modus ini dilakukan secara massal. Pelaku tidak hanya menyasar satu orang, tetapi mengirim pesan ke puluhan bahkan ratusan akun sekaligus. Beberapa dari mereka berhasil ditipu, beberapa lainnya memilih diam karena merasa malu atau tidak ingin memperpanjang masalah. Akibatnya, pelaku bisa terus beroperasi karena tidak ada laporan yang benar-benar menjerat mereka secara hukum.

Bahaya dari modus ini bukan hanya pada kerugian langsung, tetapi juga pada rasa tidak aman yang ditimbulkan. Korban mulai merasa takut untuk tampil di ruang publik, menghapus foto-foto pribadi dari akun, atau bahkan menutup akun media sosial mereka. Ketidaknyamanan itu menciptakan tekanan psikologis yang bisa berlangsung lama dan memengaruhi keseharian mereka.

Untuk mencegah penipuan seperti ini, penting bagi pengguna media sosial untuk meningkatkan kesadaran privasi. Hindari mengunggah informasi lokasi secara real-time, pertimbangkan untuk mengatur akun menjadi privat, dan tidak mudah merespons pesan dari akun yang mencurigakan. Jika seseorang mengirimkan foto candid Anda tanpa izin, jangan ragu untuk memblokir dan melaporkan akun tersebut ke platform yang digunakan.

Selain itu, edukasi mengenai digital consent dan keamanan data pribadi perlu diperluas, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda. Banyak dari mereka yang belum menyadari bahwa foto dan informasi yang dibagikan secara terbuka bisa menjadi alat manipulasi di tangan yang salah.

Modus ini adalah pengingat bahwa niat jahat bisa dibungkus dengan sapaan manis dan kata-kata penuh perhatian. Apa yang tampak sebagai pujian bisa saja ujung dari skema penipuan yang merusak. Maka dari itu, penting untuk selalu bersikap waspada terhadap pesan tak dikenal, apalagi yang datang dengan embel-embel personal seperti foto candid.

Di dunia maya yang tampak akrab dan terbuka, perlindungan diri dimulai dari pengendalian atas apa yang kita bagikan, serta dari keberanian untuk menolak interaksi mencurigakan sejak awal. Jangan biarkan ruang digital yang seharusnya menjadi tempat berekspresi justru berubah menjadi ladang ancaman oleh pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar