Salah satu inovasi dalam dunia belanja online yang awalnya dirancang untuk memberikan rasa aman adalah sistem rekening bersama. Sistem ini bekerja dengan menahan dana pembeli sementara waktu oleh pihak ketiga (biasanya platform marketplace), hingga barang diterima sesuai kesepakatan. Baru setelah itu, dana diteruskan ke penjual. Skema ini terbukti mampu menekan risiko penipuan konvensional. Namun celakanya, belakangan muncul penipu yang menyalahgunakan istilah rekening bersama untuk melakukan aksi kejahatan digital yang lebih canggih dan terselubung.
Modus ini menyasar pengguna marketplace yang belum familiar dengan mekanisme transaksi digital yang aman. Pelaku akan berpura-pura sebagai pembeli atau penjual yang sangat meyakinkan, lalu mengarahkan korban untuk tidak menggunakan sistem pembayaran resmi di platform. Sebagai gantinya, mereka menawarkan transaksi lewat “rekening bersama pihak ketiga” yang katanya lebih cepat, aman, atau hemat biaya. Padahal, rekening tersebut sebenarnya milik si pelaku sendiri atau orang yang sudah bekerja sama dengannya.
Dalam skenario lainnya, pelaku menciptakan situs palsu yang menyerupai halaman checkout marketplace resmi, lengkap dengan tampilan profesional dan logo yang tampak asli. Korban diarahkan untuk melakukan pembayaran di situs palsu ini, yang seolah-olah adalah rekening bersama, padahal semua dana langsung masuk ke akun penipu. Karena prosesnya terjadi di luar sistem marketplace, maka tidak ada perlindungan bagi korban jika terjadi kecurangan.
Bahaya dari penipuan rekening bersama ini terletak pada kepercayaan palsu yang diciptakan melalui istilah legal. Banyak orang menyangka bahwa selama ada “rekening bersama”, maka transaksinya aman. Padahal, tidak semua rekening bersama bersifat resmi atau diawasi secara profesional. Apalagi jika dilakukan di luar platform, tidak ada jalur pengaduan yang jelas, dan korban harus menanggung sendiri akibatnya tanpa dukungan hukum yang memadai.
Bentuk lain dari penipuan ini melibatkan penipuan dua arah, di mana pelaku berpura-pura menjadi pembeli kepada penjual, sekaligus menjadi penjual kepada pembeli lain. Dana dari pembeli pertama digunakan untuk menipu penjual kedua, menciptakan kebingungan yang membuat pihak ketiga terjebak. Semua ini dilakukan dengan dalih bahwa “rekening bersama” sedang digunakan untuk menjembatani transaksi, padahal realitasnya hanya skema penipuan yang memanfaatkan kelalaian korban.
Untuk menghindari modus seperti ini, sangat penting bagi pengguna marketplace untuk tidak melakukan transaksi di luar sistem resmi platform. Jangan pernah tergoda dengan ajakan pembayaran langsung ke rekening pribadi, atau diarahkan ke situs yang berbeda dengan domain utama marketplace. Periksa setiap tautan dengan cermat, dan pastikan bahwa setiap transaksi memiliki riwayat digital yang bisa dilacak dan diverifikasi.
Marketplace yang kredibel biasanya menyediakan sistem rekening bersama internal yang sudah terintegrasi dalam aplikasi mereka. Mereka juga menawarkan layanan pengembalian dana (refund) jika terjadi kesalahan atau barang tidak sesuai. Oleh karena itu, menolak untuk menggunakan sistem tersebut dan memilih jalur alternatif adalah bentuk risiko yang besar, dan membuka celah untuk penipuan.
Edukasi kepada pengguna, terutama pembeli pemula atau mereka yang jarang bertransaksi daring, sangatlah penting. Mereka harus memahami bahwa transparansi, dokumentasi, dan keamanan transaksi tidak bisa ditawar-tawar. Istilah “rekening bersama” hanya aman jika dikelola oleh pihak yang resmi, diawasi oleh regulasi, dan disertai bukti transaksi yang lengkap.
Dengan meningkatnya kecanggihan modus penipuan, masyarakat dituntut untuk tidak hanya cerdas secara finansial, tetapi juga waspada secara digital. Hindari godaan kemudahan, dan selalu utamakan jalur transaksi yang dapat dipertanggungjawabkan.