Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Pura-Pura Jatuh Hati, Minta Dibelikan Tiket Pulang Kampung

5
×

Pura-Pura Jatuh Hati, Minta Dibelikan Tiket Pulang Kampung

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Di dunia maya, batas antara kenyataan dan ilusi sering kali kabur. Orang-orang bisa menjadi siapa saja, menampilkan sisi terbaiknya, dan membangun kedekatan secara cepat melalui teks, emoji, dan panggilan video. Sayangnya, kerentanan emosional manusia juga menjadi lahan subur bagi para penipu untuk beraksi, terutama lewat modus penipuan cinta yang semakin hari semakin canggih. Salah satu bentuk terbaru adalah mengaku jatuh cinta lalu meminta korban membelikan tiket pulang kampung.

Modus ini umumnya dimulai dari media sosial atau aplikasi kencan. Pelaku membuat akun palsu dengan foto menarik, profil yang dibuat simpatik, dan aktivitas yang tampak aktif. Mereka menyasar orang-orang yang terlihat ramah, suka berinteraksi, atau sering membagikan status yang bernuansa kesepian. Setelah memulai obrolan ringan, pelaku akan dengan cepat menggiring percakapan ke arah yang lebih personal dan emosional. Dalam waktu singkat, mereka akan menyatakan ketertarikan, bahkan cinta, kepada korban.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Korban yang sedang merasa sendiri atau memang berharap membangun hubungan sering kali tidak curiga. Mereka merasa diperhatikan, dipuji, dan dihargai. Dalam komunikasi yang intens setiap hari, rasa percaya tumbuh. Pelaku bahkan bisa berpura-pura sebagai seseorang yang sedang dalam kesulitan hidup namun tetap menjaga sikap rendah hati, membuat korban semakin terharu.

Setelah kedekatan terbangun dan korban sudah merasa memiliki ikatan emosional, pelaku mulai memainkan narasi. Mereka mengaku ingin bertemu langsung, menyatakan rindu yang mendalam, dan menyusun skenario menyentuh — misalnya, ingin pulang kampung karena orang tua sakit, atau sudah lama tidak bertemu keluarga dan ingin membawa kabar bahagia bahwa mereka sedang jatuh cinta. Namun, hambatan finansial disebut sebagai penghalang utama.

Di sinilah permintaan dimulai: “Bisa nggak aku pinjam dulu untuk beli tiket? Nanti aku ganti pas ketemu,” atau, “Kalau kamu benar-benar sayang, tolong bantu aku sekali ini.” Jumlah yang diminta tidak terlalu besar — hanya cukup untuk membeli tiket kereta atau pesawat — agar terkesan wajar dan tidak mencurigakan. Korban yang sudah terbawa emosi sering kali langsung mengirimkan uang tersebut, dengan keyakinan bahwa ini adalah langkah awal menuju pertemuan yang dinanti-nanti.

Namun setelah dana ditransfer, pelaku mulai berubah. Mereka memberikan alasan bahwa jadwal penerbangan batal, tiket hilang, atau uang masih tertahan di sistem. Lalu mereka meminta tambahan dana untuk “biaya tambahan”. Dalam beberapa kasus, pelaku benar-benar menghilang setelah menerima uang, memblokir akun dan tidak bisa lagi dihubungi. Perasaan korban pun bercampur aduk antara sedih, kecewa, marah, dan malu karena merasa telah dibohongi oleh seseorang yang semula diyakini sebagai calon pasangan.

Modus ini bukan hanya merugikan secara materi, tapi juga melukai psikologis korban. Kepercayaan yang sudah diberikan dengan tulus dihancurkan secara sepihak. Tidak sedikit korban yang trauma, sulit mempercayai orang lain lagi, bahkan menjauh dari media sosial karena rasa malu atau takut mengalami hal serupa.

Untuk mencegah hal ini terjadi, penting bagi siapa pun yang membangun hubungan di dunia maya untuk tetap menjaga batasan sehat. Perasaan bisa tumbuh, namun langkah finansial harus selalu dipisahkan dari emosi. Jangan pernah mengirim uang kepada seseorang yang belum pernah ditemui secara nyata, apalagi jika hanya berdasarkan janji dan narasi sedih. Verifikasi latar belakang, gunakan pencarian gambar balik (reverse image search) untuk mengecek keaslian foto, dan ajak diskusi kritis dengan teman atau keluarga sebelum mengambil keputusan.

Cinta yang sehat dibangun atas dasar kepercayaan dan keterbukaan, bukan tekanan emosional yang ujung-ujungnya meminta uang. Jika seseorang benar-benar mencintai Anda, mereka tidak akan memulai hubungan dengan beban finansial dan kisah manipulatif. Maka dari itu, waspadalah terhadap cinta yang datang terlalu cepat, terlalu manis, dan terlalu bergantung pada belas kasihan Anda.

Di tengah dunia digital yang memungkinkan pertemuan tanpa batas, kewaspadaan menjadi perisai utama. Jangan biarkan perasaan yang tulus dijadikan alat oleh pelaku licik yang hanya ingin menguras dompet dan menghancurkan harapan.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar