Grup belanja daring, terutama yang beranggotakan para ibu rumah tangga, telah menjadi ruang aktif untuk berbagi informasi diskon, tips hemat, hingga promo eksklusif dari berbagai merek. Suasana dalam grup ini biasanya hangat dan saling percaya karena banyak anggotanya merasa memiliki kesamaan: mengatur keuangan rumah tangga sambil tetap memenuhi kebutuhan keluarga. Sayangnya, kondisi ini dimanfaatkan oleh penipu yang memancing korbannya dengan iming-iming program “tebus murah” yang ternyata palsu.
Modus “tebus murah” sering kali dikemas dalam bentuk promosi terbatas, misalnya: “Hanya untuk 30 orang pertama”, “Tebus produk Rp500.000 jadi cuma Rp50.000”, atau “Tebus hemat belanja dapur – tanpa syarat ribet”. Pelaku masuk ke grup belanja dan menyamar sebagai anggota yang ‘kebetulan’ membagikan info promo, seolah-olah ia juga hanya “meneruskan” info dari teman. Padahal, itu adalah jebakan terencana.
Barang yang dijadikan umpan sangat menarik dan relevan dengan kebutuhan sehari-hari, seperti alat masak, perlengkapan bayi, perabot rumah tangga, atau makanan kemasan. Pelaku melampirkan foto produk, testimoni palsu dari “pembeli sebelumnya”, dan harga awal yang tinggi untuk memperkuat efek diskon. Targetnya adalah menciptakan kesan bahwa ini adalah kesempatan langka yang tak boleh dilewatkan.
Korban yang tertarik kemudian diminta untuk memesan lewat private chat dan mentransfer dana ke rekening pribadi. Untuk membuat semuanya terlihat profesional, pelaku kadang menyertakan format pemesanan, nomor invoice palsu, hingga “resi pengiriman” sementara. Tapi setelah pembayaran dilakukan, barang yang dijanjikan tak pernah datang.
Ketika ditanya soal pengiriman, pelaku memberi berbagai alasan: barang habis, sistem error, atau jasa kurir sedang overload. Dalam beberapa hari, akun pelaku menghilang, keluar dari grup, atau memblokir semua kontak. Grup pun kembali seperti biasa, tanpa banyak yang tahu bahwa salah satu anggotanya baru saja menjadi korban penipuan.
Yang menyedihkan, karena nilai transaksi biasanya tidak terlalu besar, korban sering menganggap kejadian itu sebagai kesialan belaka dan enggan melaporkannya. Namun jika dikalikan dengan jumlah korban di banyak grup berbeda, penipu bisa meraup jutaan rupiah dalam waktu singkat hanya dari skema “tebus murah” palsu.
Untuk mencegah kejadian serupa, penting bagi admin dan anggota grup belanja untuk lebih selektif terhadap informasi promo yang dibagikan. Idealnya, setiap penawaran yang melibatkan transaksi uang harus diverifikasi lebih dulu oleh admin sebelum diposting. Grup juga sebaiknya memiliki aturan tegas soal jual-beli, termasuk sanksi bagi akun yang menyebarkan info palsu.
Anggota grup perlu selalu curiga terhadap promo yang terlalu bagus untuk jadi kenyataan. Harga diskon memang menggoda, tapi jika jalur pembeliannya tidak jelas, nama penjual tidak dikenal, dan tidak ada testimoni yang bisa diverifikasi, sebaiknya jangan ambil risiko. Apalagi jika pembayaran diminta ke rekening pribadi, bukan platform e-commerce resmi yang menyediakan jaminan.
Penting juga untuk saling mengingatkan di dalam grup. Jangan ragu membagikan pengalaman buruk agar anggota lain lebih waspada. Dalam komunitas digital, keterbukaan bisa menjadi alat perlindungan yang sangat efektif. Semakin banyak yang tahu tentang modus penipuan, semakin kecil peluang penipu untuk beraksi.
Grup belanja ibu-ibu seharusnya menjadi ruang kolaboratif dan aman untuk berbagi cara hemat dan cerdas mengelola keuangan keluarga. Jangan biarkan keserakahan segelintir orang merusak kepercayaan dan kenyamanan yang telah dibangun. Dengan kehati-hatian bersama, jebakan “tebus murah” palsu bisa dicegah sebelum merugikan lebih banyak korban.