Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Tawaran Investasi Properti Luar Negeri Ternyata Fiktif

4
×

Tawaran Investasi Properti Luar Negeri Ternyata Fiktif

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Meningkatnya minat masyarakat terhadap investasi global membuka peluang bagi banyak orang untuk memperluas asetnya ke luar negeri. Properti menjadi salah satu instrumen yang dianggap menjanjikan — nilai yang cenderung naik, potensi penyewaan yang stabil, dan gengsi sebagai “pemilik rumah di luar negeri” membuat banyak investor pemula tergoda. Namun belakangan ini, banyak tawaran investasi properti luar negeri ternyata hanyalah skema penipuan terencana yang menjual mimpi dengan cara yang sangat licik.

Modus ini umumnya diawali dengan iklan yang mencolok di media sosial atau situs web bergaya profesional. Para penipu menampilkan foto-foto rumah mewah, apartemen modern, atau vila eksotis di negara-negara populer seperti Turki, Dubai, Jepang, hingga Australia. Teks promosi mereka mengajak masyarakat untuk “memiliki properti di luar negeri dengan harga terjangkau” — cukup dengan modal puluhan juta rupiah, diklaim seseorang bisa langsung menjadi pemilik unit properti atau mitra investor dari proyek internasional.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Agar terdengar kredibel, pelaku menyebut bahwa mereka bekerja sama dengan agen properti lokal, pengembang besar, atau bahkan menyebut-nyebut nama institusi keuangan internasional. Mereka menyertakan brosur berbahasa asing, peta lokasi proyek, dan jadwal pembangunan. Semua itu dikemas sedemikian rupa sehingga calon korban merasa bahwa proyek ini nyata, profesional, dan sedang dalam tahap berkembang.

Tapi yang terjadi sesungguhnya adalah fiktif. Lokasi properti yang dijanjikan ternyata tidak pernah ada, gambar-gambar yang digunakan diambil dari situs pencari gambar gratis atau proyek lama milik pengembang lain, dan seluruh dokumentasi legal yang disodorkan kepada investor adalah palsu atau dibuat asal-asalan. Bahkan tanda tangan notaris, surat izin pembangunan, hingga kontrak kerja sama dibuat tanpa verifikasi hukum.

Yang membuat modus ini makin meyakinkan adalah narasi eksklusif yang digunakan pelaku. Mereka menyatakan bahwa unit sangat terbatas, hanya ditawarkan ke kalangan tertentu, dan hanya bisa didapatkan jika mendaftar dalam jangka waktu singkat. Ini mendorong korban untuk segera menyetorkan uang muka atau booking fee tanpa banyak berpikir. Beberapa bahkan ditawari fasilitas “jalan-jalan ke lokasi proyek” yang pada kenyataannya tidak pernah terwujud.

Saat dana sudah disetorkan, pelaku biasanya terus mengulur waktu. Mereka berdalih bahwa pembangunan sedang dalam proses, izin sedang disempurnakan, atau pandemi dan kondisi internasional menjadi kendala. Komunikasi perlahan menghilang, dan ketika korban mulai curiga, akun media sosial pelaku lenyap, nomor tidak bisa dihubungi, dan alamat kantor yang mereka klaim ternyata hanya alamat virtual atau ruko kosong.

Penipuan ini sangat berbahaya karena memanfaatkan mimpi orang untuk maju. Banyak korban adalah masyarakat kelas menengah yang mulai melek investasi, ingin mencari alternatif dari instrumen konvensional, dan tergoda oleh janji punya aset luar negeri sebagai simbol pencapaian. Uang yang disetor pun bukan main-main — bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Bagi sebagian orang, dana tersebut merupakan tabungan bertahun-tahun yang dikumpulkan dengan harapan membangun masa depan.

Tawaran properti luar negeri memang sah secara konsep, tapi harus dijalankan dengan transparansi penuh dan legalitas yang terverifikasi lintas negara. Masyarakat perlu waspada terhadap penawaran yang terlalu muluk: harga terlalu murah, janji untung besar, dan prosedur yang terlalu mudah tanpa dokumen hukum yang sah. Jika tak ada izin dari otoritas properti negara tujuan, tak ada kontrak internasional yang jelas, dan tak ada bukti keterlibatan pengembang resmi, maka bisa dipastikan itu adalah penipuan.

Dalam dunia properti global, tidak ada transaksi besar yang bisa diselesaikan hanya lewat pesan instan dan brosur online. Prosesnya panjang, melibatkan banyak pihak, dan harus ditinjau dari segi hukum, perpajakan, serta keabsahan dokumen lintas batas. Jika semua proses itu ditiadakan dan hanya menyisakan janji manis di layar ponsel, maka itu bukan investasi — melainkan jebakan.

Mimpi punya rumah di luar negeri memang indah, tapi harus dibangun di atas dasar yang kokoh. Bukan di atas ilusi yang hanya menunggu waktu untuk runtuh. Dalam menghadapi tawaran seperti ini, masyarakat harus ingat bahwa dalam setiap langkah investasi, logika dan kehati-hatian tetaplah kunci utama, bukan euforia atau gengsi semu.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar