Bekerja di luar negeri masih menjadi impian banyak orang. Gaji tinggi, kehidupan lebih baik, dan kesempatan untuk membantu keluarga di tanah air adalah beberapa alasan yang mendorong ribuan orang mengejar peluang kerja internasional. Namun, di balik mimpi indah tersebut, tersembunyi modul penipuan yang semakin canggih dan meresahkan: tawaran kerja ke luar negeri yang ternyata hanya jebakan licik untuk menguras habis uang dan harapan para pencari kerja.
Modus ini biasanya diawali dengan promosi menggiurkan. Brosur cetak, iklan media sosial, bahkan grup WhatsApp dipenuhi informasi tentang lowongan kerja luar negeri. Negara-negara yang disebut pun tak tanggung-tanggung—Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi, Australia, hingga Eropa. Pelaku menjanjikan proses cepat, tanpa syarat rumit, dan menyebut bahwa kuota terbatas untuk menarik calon korban agar segera bertindak.
Calon pekerja yang tertarik kemudian dihubungi oleh oknum yang mengaku sebagai agen penyalur resmi. Pelaku bicara dengan meyakinkan, bahkan sering mengatasnamakan instansi pemerintah atau perusahaan besar. Dokumen dan formulir tampak rapi, lengkap dengan stempel dan tanda tangan palsu. Semua tampak sah di mata korban yang tidak terbiasa mengecek keaslian informasi.
Setelah proses awal selesai, korban akan diminta membayar sejumlah uang—dengan alasan administrasi, pengurusan paspor, pelatihan bahasa, tiket, hingga biaya “jaminan” agar lolos imigrasi. Jumlahnya tidak sedikit. Banyak korban yang menjual aset, meminjam uang, atau berutang demi bisa membayar biaya yang diminta. Mereka percaya bahwa semuanya akan diganti setelah mulai bekerja di luar negeri.
Namun kenyataan yang dihadapi sangat menyakitkan. Setelah uang disetorkan, pelaku menghilang. Kantor fiktif tutup, nomor telepon tak bisa dihubungi, dan semua janji tinggal angan. Yang lebih menyedihkan, ada pula yang sampai diberangkatkan ke luar negeri dengan visa turis atau dokumen ilegal, lalu ditelantarkan tanpa pekerjaan dan perlindungan hukum. Akhirnya mereka tidak hanya menjadi korban penipuan, tapi juga terjebak dalam pelanggaran imigrasi yang berbahaya.
Penipuan berkedok kerja ke luar negeri menyasar siapa saja, terutama mereka yang berada di daerah-daerah dengan angka pengangguran tinggi. Banyak korban adalah lulusan muda, buruh, dan ibu rumah tangga yang ingin memperbaiki nasib keluarga. Sayangnya, keinginan untuk sukses cepat seringkali menutupi rasa curiga dan membuat mereka lengah terhadap potensi penipuan.
Penting bagi masyarakat untuk menyadari bahwa proses bekerja di luar negeri tidak pernah instan. Ada prosedur resmi yang harus diikuti, termasuk pelatihan, sertifikasi, pengurusan dokumen legal, dan seleksi ketat dari negara tujuan. Semua proses ini biasanya difasilitasi oleh lembaga penyalur tenaga kerja resmi yang terdaftar di kementerian tenaga kerja.
Sebelum menerima tawaran kerja luar negeri, pastikan untuk melakukan verifikasi. Cek legalitas agen atau perusahaan perekrut melalui situs pemerintah. Jangan tergiur dengan janji manis yang menjual mimpi tanpa bukti. Jangan pula tergesa-gesa membayar uang, apalagi jika tidak ada kejelasan kontrak kerja, nama perusahaan di luar negeri, dan izin resmi yang dapat dibuktikan.
Lebih penting lagi, tanamkan kesadaran bahwa mimpi bisa menjadi kenyataan hanya jika dibangun di atas dasar yang benar. Mengejar penghasilan tinggi memang sah-sah saja, tapi jangan korbankan logika dan keamanan hanya karena tergiur janji cepat kaya dari seseorang yang bahkan belum pernah ditemui langsung.
Penipuan berkedok kerja ke luar negeri tidak hanya menyisakan luka keuangan, tapi juga kehancuran mental dan sosial. Banyak korban yang kehilangan harta, kehilangan kepercayaan diri, bahkan harus menanggung rasa malu di mata keluarga dan lingkungan. Oleh karena itu, edukasi tentang proses kerja legal ke luar negeri harus terus digalakkan di berbagai lapisan masyarakat.