Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Toko Online di Media Sosial Sering Jadi Sarang Penipuan

9
×

Toko Online di Media Sosial Sering Jadi Sarang Penipuan

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Fenomena belanja online melalui media sosial semakin menjamur seiring meningkatnya pengguna aktif di berbagai platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok. Sayangnya, kemudahan ini dimanfaatkan oleh pelaku penipuan untuk membuka toko palsu dan menjebak korban yang tergoda oleh harga murah dan promo yang terlihat meyakinkan. Banyak dari toko ini bahkan memiliki tampilan profesional, testimoni fiktif, dan interaksi aktif untuk menimbulkan kesan bahwa mereka benar-benar terpercaya.

Modus yang digunakan biasanya bermula dari iklan berbayar yang muncul di linimasa pengguna. Toko tersebut menawarkan produk yang sedang tren, seperti skincare, gadget, pakaian branded, atau tiket konser dengan diskon besar-besaran. Saat korban tertarik dan menghubungi penjual lewat DM atau WhatsApp, pelaku dengan sigap memberikan balasan ramah dan menampilkan seolah-olah mereka memiliki sistem pemesanan yang rapi dan profesional.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Penipu akan meyakinkan pembeli untuk segera melakukan transfer dana ke rekening pribadi dengan alasan stok terbatas atau promo hanya berlaku hari itu saja. Setelah uang ditransfer, pelaku mulai mengulur waktu dengan berbagai alasan: sistem eror, barang sudah dikirim tapi resi belum keluar, atau kurir belum menjemput. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan mengirimkan resi palsu yang tampak valid agar korban terus menunggu. Namun pada akhirnya, akun toko tiba-tiba hilang atau memblokir pembeli, dan transaksi pun berakhir tanpa barang yang pernah dikirimkan.

Yang menyedihkan, banyak korban baru sadar telah tertipu ketika mencoba mencari ulang akun toko tersebut dan tidak menemukannya. Pelaku penipuan digital ini dengan mudah membuat akun baru, mengganti nama toko, dan kembali menjalankan modus serupa dengan target berbeda. Ini dimungkinkan karena media sosial tidak memiliki sistem verifikasi toko seketat marketplace besar, serta minimnya pengawasan terhadap aktivitas transaksi langsung antar pengguna.

Penipuan jenis ini sering menyasar anak muda, ibu rumah tangga, hingga pekerja yang aktif di media sosial. Banyak dari mereka tergoda karena testimoni visual yang diunggah pelaku, padahal gambar-gambar tersebut biasanya hasil curian dari toko asli atau e-commerce besar. Beberapa bahkan menggunakan endorse palsu, dengan mengedit wajah selebriti atau mencatut nama influencer agar toko mereka terlihat kredibel.

Untuk mencegah jatuh ke dalam perangkap ini, konsumen disarankan untuk tidak tergoda dengan harga yang terlalu murah dari toko tanpa reputasi jelas. Transaksi sebaiknya dilakukan di platform resmi yang menyediakan sistem escrow (rekening bersama) agar uang tidak langsung masuk ke penjual sebelum barang diterima. Selain itu, mengecek ulasan toko, membandingkan harga pasar, dan mencari informasi di kolom komentar atau forum konsumen bisa membantu menilai apakah suatu toko online bisa dipercaya atau tidak.

Literasi digital dan edukasi belanja online yang aman perlu terus digalakkan, mengingat penipuan semacam ini terus berkembang mengikuti tren dan pola konsumsi masyarakat. Media sosial memang tempat yang efektif untuk jual beli, tapi juga menjadi lahan subur bagi para pelaku kejahatan jika penggunanya tidak memiliki kewaspadaan yang cukup.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar