Permintaan bantuan yang datang dengan alasan kemanusiaan, khususnya dari orang-orang yang mengaku memiliki kondisi rentan seperti disabilitas, biasanya mendapat perhatian dan simpati yang besar dari masyarakat. Namun, belakangan ini muncul modus penipuan baru yang memanfaatkan identitas palsu dengan narasi “Tolong Kak, Saya Anak Disabilitas” padahal sebenarnya tidak demikian. Penipu menggunakan alasan tersebut untuk mengelabui korban agar rela memberikan bantuan dana.
Modus penipuan ini umumnya diawali dengan pendekatan melalui pesan pribadi di media sosial atau aplikasi pesan instan. Pelaku mengaku sebagai anak muda penyandang disabilitas yang menghadapi kesulitan finansial berat, misalnya untuk kebutuhan sehari-hari, pengobatan, pendidikan, atau alat bantu khusus. Cerita yang disampaikan dibuat sedemikian rupa sehingga membangkitkan rasa iba dan empati korban.
Tidak jarang pula pelaku melengkapi narasi tersebut dengan foto atau video yang diambil dari internet atau akun orang lain, agar terlihat meyakinkan dan nyata. Mereka juga piawai merangkai kata-kata penuh harapan dan permohonan yang membuat korban merasa terpanggil untuk membantu tanpa ragu.
Setelah membangun kepercayaan, pelaku kemudian meminta transfer uang dengan alasan mendesak. Mereka biasanya menekan korban agar segera membantu sebelum situasi memburuk, sehingga korban merasa terdesak dan takut kehilangan kesempatan untuk membantu.
Penipuan semacam ini cukup berbahaya karena menyasar sisi kemanusiaan dan emosi korban, yang bisa membuat mereka mengabaikan kewaspadaan dan logika. Ketika korban mulai curiga atau menolak membantu, pelaku seringkali menggunakan kata-kata manipulatif agar korban merasa bersalah, bahkan sampai melakukan intimidasi secara halus.
Untuk menghindari terjebak dalam penipuan seperti ini, ada beberapa langkah penting yang perlu diperhatikan:
- Jangan langsung percaya pada cerita yang disampaikan secara pribadi tanpa verifikasi.
- Selalu cek keaslian identitas dan cerita melalui sumber yang dapat dipercaya atau melalui organisasi sosial resmi.
- Waspadai permintaan bantuan dana yang datang secara tiba-tiba tanpa ada latar belakang jelas.
- Jangan mudah terpengaruh oleh narasi emosional yang memaksa atau membuat merasa bersalah.
- Gunakan platform donasi yang transparan dan bisa dipertanggungjawabkan.
Kebaikan hati memang harus dijaga, tapi jangan sampai menjadi pintu masuk bagi penipu. Menjadi dermawan yang bijak artinya tahu kapan harus membuka bantuan dan kapan harus menahan diri agar tidak terperangkap tipu daya. Ingat, bantuan yang benar-benar bermanfaat adalah bantuan yang sampai pada orang yang benar-benar membutuhkan, bukan yang hanya berbalut kedok cerita palsu.
