Media sosial kini menjadi ladang subur bagi berbagai bentuk empati digital. Salah satunya adalah penyebaran video mengharukan tentang seseorang yang sedang dalam kondisi terdesak. Namun, sejumlah pelaku penipuan justru memanfaatkan konten lama yang diambil dari platform seperti YouTube, lalu dipoles kembali sebagai kisah darurat yang sedang berlangsung, lengkap dengan narasi palsu dan permintaan bantuan finansial.
Salah satu yang kerap digunakan adalah video seorang ibu meminta pertolongan untuk anaknya. Video ini biasanya direkam bertahun-tahun lalu dan sudah tidak relevan dengan kondisi saat ini. Namun, penipu sengaja memotong bagian-bagian tertentu dari video tersebut, lalu menambahkan narasi baru dalam bentuk teks, caption, atau suara latar yang menggugah simpati. Mereka menyebarkan ulang video itu lewat WhatsApp, Facebook, dan TikTok, sambil menyematkan nomor rekening untuk donasi.
Karena video terlihat nyata dan menyentuh, banyak orang langsung percaya tanpa mencari tahu kebenarannya. Apalagi jika dibagikan oleh teman, saudara, atau akun komunitas keagamaan dan sosial. Rasa empati membuat orang merasa terdorong untuk membantu, dan tak sedikit yang langsung mentransfer uang ke rekening yang dicantumkan dalam pesan.
Dalam kenyataannya, video tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan penggalangan dana yang berlangsung. Anak dalam video mungkin sudah sembuh, kisahnya sudah ditangani oleh pihak resmi, atau bahkan sudah diberitakan media bertahun-tahun lalu. Namun karena banyak orang tidak mengenali asal usul konten, mereka mudah terjebak dalam penipuan yang bermain pada kelemahan emosional.
Penipuan model ini sangat sulit dideteksi oleh awam karena memanfaatkan real footage, bukan rekayasa digital. Inilah sebabnya kontennya terasa autentik dan membangun kepercayaan seketika. Pelaku tahu benar bahwa tangisan ibu, gambar anak sakit, dan latar rumah sederhana bisa memicu rasa kasihan yang kuat dalam waktu singkat.
Untuk mencegah menjadi korban atau turut menyebarkan penipuan seperti ini, penting bagi masyarakat untuk:
- Mencari sumber asli dari video yang dibagikan.
- Memastikan apakah penggalangan dana tersebut tercantum di platform donasi resmi.
- Tidak langsung mempercayai nomor rekening pribadi yang dicantumkan tanpa kejelasan identitas.
- Menghindari membagikan ulang konten tanpa verifikasi, terutama jika menyertakan permintaan bantuan uang.
Kebaikan hati adalah nilai luhur, namun di era digital, kebaikan itu juga perlu disertai kehati-hatian. Jangan biarkan simpati kita dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Memastikan keaslian informasi sebelum bertindak adalah bentuk kepedulian yang sesungguhnya.
