Penipuan lewat telepon terus berkembang dengan berbagai modus, dan salah satu kelompok yang paling sering menjadi korban adalah warga lanjut usia. Minimnya literasi digital serta rasa percaya yang tinggi terhadap suara orang asing membuat para lansia sangat rentan terjebak tipu daya pelaku.
Penipu biasanya menyamar sebagai petugas bank, polisi, petugas instansi negara, hingga kerabat jauh yang tengah dalam kesulitan. Dengan suara yang meyakinkan dan skenario yang tampak darurat, mereka membangun suasana panik agar korban segera mengambil tindakan yang diminta — biasanya mentransfer uang.
Beberapa korban mengaku ditelepon oleh orang yang tahu nama lengkap mereka, nama anak, dan alamat rumah. Informasi ini kemungkinan diperoleh dari media sosial atau kebocoran data pribadi di internet. Hal tersebut membuat pelaku makin mudah mengelabui korban karena informasi yang mereka sampaikan terdengar masuk akal.
Modus yang digunakan pun beragam. Mulai dari cerita soal kecelakaan anak, denda yang harus segera dibayar, hingga rekening bank yang disebut-sebut akan diblokir. Dalam situasi panik, para lansia kerap langsung mengambil langkah gegabah, tanpa sempat bertanya pada keluarga atau memverifikasi informasi.
Tak sedikit korban yang kehilangan tabungan pensiun atau uang simpanan keluarga akibat tertipu oleh modus semacam ini. Bahkan ada yang sampai menjual barang berharga karena merasa diancam atau terdesak. Setelah sadar tertipu, kebanyakan korban hanya bisa pasrah karena pelaku biasanya sulit dilacak.
Masalahnya bukan hanya pada pelaku, tapi juga pada kurangnya edukasi digital di kalangan lansia. Banyak dari mereka yang tidak tahu bahwa penipuan bisa terdengar sangat realistis. Akibatnya, suara di telepon dianggap sebagai kebenaran mutlak, apalagi jika disertai tekanan dan ancaman.
Komunikasi dalam keluarga menjadi salah satu kunci untuk mencegah kejadian seperti ini. Anak atau cucu bisa secara rutin mengingatkan orang tua mereka agar tidak mudah percaya pada telepon dari nomor tidak dikenal, apalagi yang meminta uang atau informasi pribadi.
Pemerintah dan lembaga sosial juga didorong untuk mengadakan edukasi khusus bagi kelompok usia lanjut, baik melalui posyandu lansia, masjid, gereja, atau komunitas warga. Informasi sederhana seperti cara mengenali modus penipuan dan langkah yang harus dilakukan saat ditelepon orang asing sangat penting untuk diketahui.
Kesadaran bahwa lansia merupakan sasaran empuk penipuan harus dibangun secara kolektif. Dengan perhatian dan dukungan dari keluarga serta lingkungan sekitar, warga lansia bisa lebih terlindungi dari tipu daya pelaku yang terus mencari celah untuk beraksi.