Example floating
Example floating
Example 728x250
Sosial dan UmumSPKT

Penipu Gunakan Nama Yayasan Anak Yatim untuk Jebak Korban

13
×

Penipu Gunakan Nama Yayasan Anak Yatim untuk Jebak Korban

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

Nama anak yatim selalu memunculkan simpati mendalam. Di banyak budaya, termasuk Indonesia, membantu anak-anak yang kehilangan orang tua dianggap sebagai bentuk amal yang sangat utama. Pelaku penipuan memahami hal ini dengan sangat baik, dan menjadikannya sebagai pintu masuk dalam skema yang memanfaatkan nama yayasan sosial, khususnya panti asuhan atau lembaga anak yatim, untuk meraih keuntungan pribadi.

Modus ini sering dilakukan secara digital, baik melalui pesan berantai di WhatsApp, DM di media sosial, hingga akun-akun palsu yang menyamar sebagai lembaga amal. Pelaku akan mencatut nama yayasan yang sudah ada, atau bahkan menciptakan nama baru yang terdengar islami dan penuh makna—seperti “Yayasan Nur Cahaya Hati” atau “Panti Asuhan Cahaya Umat”. Mereka menyebarkan pesan berisi kisah menyedihkan tentang anak-anak yang kekurangan makan, tak punya seragam sekolah, hingga terancam putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran.

CALL CENTER
Example 300x600
Kapolres Pangandaran

Untuk memperkuat narasi, pelaku menyertakan foto-foto anak-anak yang tampak sedang merenung, menangis, atau mengenakan pakaian lusuh. Gambar-gambar ini biasanya diambil dari internet tanpa izin, atau hasil manipulasi digital agar lebih menyentuh hati. Bahkan dalam beberapa kasus, mereka mengedit gambar agar terlihat seperti dokumentasi kegiatan sosial, lengkap dengan latar belakang spanduk atau lokasi panti palsu.

Selanjutnya, korban diminta mengirimkan donasi langsung ke nomor rekening yang dicantumkan. Nomor ini hampir selalu atas nama pribadi, bukan atas nama lembaga. Pelaku berdalih bahwa saat ini sedang dalam proses legalisasi, atau rekening yayasan sedang mengalami gangguan teknis. Mereka mendesak korban agar segera mengirim bantuan dengan alasan “kebutuhan mendesak” seperti anak sakit, kebutuhan sahur, atau menjelang hari raya.

Dalam waktu singkat, pesan ini bisa menyebar luas karena dilengkapi dengan ajakan berbagi kebaikan. Bahkan banyak korban yang ikut menyebarkan ulang ke grup keluarga atau rekan kerja karena percaya niatnya mulia. Namun di balik itu, tidak ada kegiatan sosial, tidak ada panti asuhan, dan anak-anak yang disebutkan dalam pesan itu tidak pernah ada. Uang yang terkumpul masuk ke kantong pribadi pelaku yang kemudian menghilang tanpa jejak.

Lebih menyedihkan lagi, nama yayasan asli yang dicatut bisa ikut tercemar. Lembaga resmi yang benar-benar melakukan kegiatan sosial menjadi sasaran kecurigaan, atau justru kehilangan kepercayaan masyarakat karena ulah oknum yang menggunakan nama mereka secara ilegal. Ini bukan hanya soal penipuan finansial, tetapi merupakan bentuk eksploitasi terhadap nama baik lembaga dan martabat anak-anak yatim.

Penipuan semacam ini sangat merusak, karena memanfaatkan celah antara empati dan kurangnya verifikasi. Banyak orang ingin berbagi, terutama menjelang bulan Ramadan, Idul Adha, atau tahun ajaran baru. Tapi semangat berbagi yang tidak diiringi dengan kehati-hatian justru menjadi peluang empuk bagi pelaku yang piawai memainkan emosi dan urgensi.

Oleh karena itu, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan saat menerima ajakan donasi dari pihak yang tidak dikenal. Selalu periksa legalitas lembaga, apakah terdaftar di Kementerian Sosial, memiliki izin operasional, dan mencantumkan laporan kegiatan secara transparan di situs resmi atau media sosial yang aktif. Hindari mentransfer dana ke rekening pribadi tanpa kejelasan institusi, dan pastikan ada saluran komunikasi yang bisa diverifikasi.

Platform digital juga memegang peran penting. Media sosial dan aplikasi pesan instan harus lebih aktif menanggapi laporan akun-akun penipuan yang mencatut nama lembaga sosial. Sementara itu, yayasan resmi perlu terus melakukan edukasi publik, menyampaikan kanal resmi donasi mereka, serta menanggapi dengan cepat jika nama mereka disalahgunakan.

Berbagi untuk anak yatim adalah amal mulia, tetapi kebaikan itu harus diarahkan dengan tepat agar tidak berubah menjadi keuntungan bagi penipu. Jangan biarkan empati dimanfaatkan oleh orang yang menyaru sebagai dermawan tapi sebenarnya serigala berbulu domba. Pastikan setiap bantuan yang diberikan benar-benar sampai kepada yang berhak, bukan kepada mereka yang licik memanfaatkan nama-nama mulia untuk memperkaya diri sendiri.

Example 468x60
Example 120x600
Example 468x60

Komentar