Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) membawa banyak manfaat, namun juga menimbulkan risiko baru. Salah satunya adalah deepfake, teknologi yang memanipulasi wajah, suara, dan ekspresi dalam video atau audio hingga terlihat nyata.
Deepfake sering disalahgunakan untuk menyebarkan hoaks, propaganda, atau penipuan. Video manipulatif ini menciptakan kesan bahwa seseorang berkata atau berbuat sesuatu yang tidak pernah terjadi.
Peredaran deepfake terus meningkat di media sosial dan aplikasi pesan. Tanpa literasi digital, masyarakat mudah tertipu dan terprovokasi, yang berakibat pada rusaknya reputasi hingga munculnya konflik.
Untuk mencegahnya, masyarakat perlu meningkatkan literasi media. Mereka harus belajar mengenali tanda manipulasi seperti gerakan wajah yang tidak sinkron, suara yang janggal, atau latar yang tidak konsisten.
Dengan kewaspadaan dan kemampuan memverifikasi informasi visual, masyarakat dapat menghindari manipulasi digital dan menjaga ruang informasi tetap sehat dan terpercaya.